Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Psikolog: Jangan Buat Konten demi Like Saja, Cintailah dengan Natural

KOMPAS.com- Saat ini, banyak sekali kita lihat orang-orang seolah berlomba-lomba membuat konten yang bahkan aneh-aneh hanya demi meningkatkan jumlah like dan followers akun media sosialnya saja.

Beberapa contohnya seperti konten para pemuda remaja yang sengaja menghadang truk sedang berjalan, padahal ini sangat mengancam jiwa dan banyak kasus yang menunjukkan tindakan demi konten media sosial itu merenggut nyawa.

Selain itu, buat konten demi like juga dilakukan wanita berhijab yang pamer payudara, hingga konten mahasiswi keperawatan yang melanggar kode etik menyebarluaskan pemasangan kateter urine seorang pasien pria, sampai digelarnya prosesi pernikahan seorang pria dan seekor kambing hanya demi like dan followers yang berujung pada permintaan maaf dan klarifikasi, serta berbagai sanksi lainnya.

Beberapa kasus di atas hanyalah contoh saja. Di berbagai platform media sosial ada banyak sekali contoh konten “aneh” yang bahkan cenderung dianggap “ide gila” hanya untuk menarik perhatian pengguna media sosial lainnya agar mengikuti akun sosmed si pembuat dan memberikan tanda suka “lika” pada konten yang mereka unggah tersebut.

Melihat fenomena kecenderungan masyarakat atau pengguna media sosial membuat konten “aneh” ini, Eunike Sri Tyas Suci dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya mengatakan, memang ini semua dilakukan oleh pengguna tersebut demi sebuah perhatian.

“Menurut saya, orang yang perilakunya aneh-aneh memang dengan sengaja dilakukan untuk mendapat perhatian,” kata Tyas kepada Kompas.com, Senin (13/6/2022).

“Dalam sosmed (social media) tentu akan berpotensi di like dan meningkatkan followers,” tambahnya.

Namun, seharusnya para pengguna media sosial (medsos) yang memang ingin fokus mencari keuntungan dari bermain medsos tersebut haruslah memikirkan cara yang lebih baik atau lebih positif daripada membuat konten-konten aneh, yang bahkan bisa merugikan diri sendiri di kemudian hari.

Tyas menjelaskan, seharusnya mereka bisa belajar dengan orang-orang yang sudah sangat serius dalam bidang content creator (kreator konten) seperti para youtuber, influencer dan lainnya.

Pada dasarnya, kata Tyas, mereka yang serius jadi YouTuber biasanya akan mengemas dengan baik dan bersedia mengeluarkan kocek atau uang untuk sebuah video yang enak dinikmati masyarakat.

Umumnya, video yang mereka buat juga merupakan sesuatu yang bisa menambah pengetahuan atau wawasan mengenai suatu hal yang tidak biasa.

Kecenderungan, video yang memberikan wawasan pengetahuan yang tidak biasa dan informatif, serta menghibur dengan cara yang baik ini akan dengan sendirinya mendapatkan banyak sekali followers dan like dari para pengguna medsos lainnya.

Tyas memberikan salah satu contoh youtuber yang jelas membuat konten dengan cara menghibur, memberikan pengetahuan, informatif dan juga bertambah followers dan likenya dengan sendiri karena konten-konten yang diunggahnya yaitu Alshad Ahmad.

Seperti diketahui, Alshad Ahmad seringkali mengunggah video dirinya dengan berbagai koleksi harimau dan berbagai hewan peliharaannya di rumah.

Isi konten tersebut tidak hanya memperlihatkan bagaimana Alshad bermain dengan peliharaan-peliharaannya itu, tetapi juga edukasi kepada masyarakat mengenai hewan-hewan tersebut, baik dari cara mendekatinya, hal yang harus dihindari, makananya dan lain sebagainya.

Tyas meyakini bahwa Alshad dengan konten-konten yang dibuatnya itu jelas mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Ini, bukan berarti masyarakat yang ingin membuat konten video menarik dan baik harus mengeluarkan uang berjumlah besar juga, tetapi satu hal yang penting kata Tyas yakni lakukanlah dengan cintai yang dilakukan itu.

“Dan yang lebih penting, semua dilakukan (Alshad dan peliharaannya) itu secara natural karena cinta,” kata Tyas.

“Yang hanya membuat sensasi sesaat, saya rasa tidak akan bertahan lama,” tambahnya.

Lebih lanjut, kata Tyas, jika seseorang hanya membuat konten sensasi saja untuk mengundang orang memberikan like dan menambah followersnya saat itu, maka untuk berikut-berikutnya atau selamanya orang tersebut harus kreatir membuat sesnsi terus-menerus agar di follow.

“Kalau dia tidak mencintai apa yang dia kerjakan, ya tidak akan lama berlanjut,” kata dia.

“Menikahi binatang demi konten, apakah dia sendiri menikmatinya. I doubt it,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Tyas menyarakan agar orang-orang yang memang ingin fokus dalam bida pembuatan konten, sebagai influencer, ataupun youtuber, ada baiknya harus melakukan hal-hal yang Anda sukai atau Anda cintai, dan tidak harus memaksakan diri seperti yang lainnya hanya karena pembuat konten yang lainnya sedang ramai like dan followersnya.

Mengerjakan sesuatu secara natural dan dengan cinta itu penting, karena efek like dan bertambahnya followers juga akan secara natural meningkat.

“Kalaupun tidak meningkatkan like dan followers, juga dia tetap happy dengan apa yang dia lakukan,” kata Tyas.

“Menjadi diri sendiri, “be your self”, saya rasa penting,” ungkapnya.

Hal-hal yang hanya mengundang sensasi semata, tidak akan bertahan lama, dan pada kondisi terburuknya, Anda yang cenderung membuat konten penuh sensasi justru sangat berisiko mendapatkan hujatan bukanlah like dan follow dari pengguna media sosial lainnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/14/130200023/psikolog-jangan-buat-konten-demi-like-saja-cintailah-dengan-natural

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke