Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Racun Ular dan Laba-laba Jadi Habitat Baru Bakteri, Kok Bisa?

Kompas.com - 26/05/2022, 10:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Belum lama ini, dalam sebuah studi sekelompok peneliti melaporkan bahwa mereka menemukan habitat baru bakteri. Habitat ini tak biasa, sebab mereka menemukan bakteri hidup di racun ular dan laba-laba

Bakteri adalah organisme kecil yang banyak akal. Mereka dapat hidup di beberapa tempat paling aneh dan paling tak ramah di planet kita. Sebut saja gurung gersang, danau asam beracun, bahkan jauh di dalam kerak bumi di bawah dasar laut.

Akan tetapi, para ilmuwan baru saja menemukan habitat baru yang sangat tak terduga untuk mikroba kecil yang kuat, yakni di racun ular dan laba-laba.

Temuan pun bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh ilmuwan sebelumnya. Racun ular dan laba-laba diketahui mengandung senyawa antimikroba, yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai lingkungan steril yang tak memungkinkan bagi mikroba untuk berkembang.

Namun temuan teranyar ini mengungkapkan bahwa bakteri yang menyebabkan infeksi sudah bisa hadir dalam racun bajkan sebelum korban digigit.

Hal tersebut menunjukkan siapa pun yang digigit ular atau laba-laba mungkin juga perlu dirawat karena infeksi.

Baca juga: Studi: Manusia dan Tikus Berpotensi Punya Bisa Racun Seperti Ular

"Kami menemukan bahwa semua ular dan laba-laba berbisa yang kami uji memiliki DNA bakteri dalam racunnya," ungkap Sterghios Moschos dari Northumbria University di Inggris.

Ia pun menyebut jika alat diagnostik umum gagal mengidentifikasi bakteri dengan benar dan seseorang terinfeksi maka dokter bisa saja memberi antibiotik yang salah dan itu berpotensi memperburuk keadaan.

Seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (24/5/2022) hasil studi yang menunjukkan habitat baru bakteri ini terungkap setelah peneliti menyadari mulut ular tak berbisa justru lebih steril daripada ular berbisa.

Hal itu menimbulkan keheranan mengingat bakteri ditemukan di racun yang merupakan senyawa antimikroba.

Moschos dan rekan-rekannya pun ingin mengetahui apakah racun dan kelenjar racun bisa menjadi sumber bakteri tambahan.

Jika demikian, bakteri hidup di racun ular dan laba-laba, peneliti ini mencoba mencari tahu bagaimana mikroba bisa beradaptasi untuk hidup di lingkungan yang seharusnya menjadi lingkungan yang sangat tak bersahabat bagi mereka.

Baca juga: Molekul dalam Racun Ular Ini Dapat Jadi Kunci Pengobatan Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com