KOMPAS.com - Jauh sebelum orang-orang Eropa punya kebiasaan menghias gigi mereka dengan emas, suku Maya ternyata sudah memulainya terlebih dahulu.
Orang suku Maya saat itu dengan bangga memamerkan seringai senyum mereka yang memperlihatkan gigi berhias aneka batu berharga, seperti permata giok, batu mulia, atau mineral.
Tepi gigi orang Maya sering dibuat menjadi bentuk runcing dan kemudian bertatahkan permata. Semua kalangan, baik itu laki-laki, perempuan, kaya atau miskin, menghias gigi mereka dengan batu permata.
Selama ini, hiasan gigi yang akan bertahan seumur hidup itu juga diketahui tidak hanya berfungsi estetika saja, tetapi juga memiliki makna spiritual.
Baca juga: Suku Maya Pakai Kalender sejak 2.200 Tahun Lalu, Bukti Awalnya Ditemukan di Guatemala
Namun, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (24/5/2022), para peneliti berhasil menemukan informasi baru terkait proses suku Maya menghias gigi mereka.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengungkap bahwa semen yang digunakan untuk merekatkan permata ke gigi suku Maya ternyata memiliki beberapa potensi sifat higienis dan terapeutik.
Perekat yang digunakan mampu menahan permata di tempatnya selama lebih dari seribu tahun. Bahan-bahannya pun memiliki potensi untuk melawan kerusakan gigi dan mengurangi peradangan serta infeksi di mulut.
Campuran kaya komponen organik membuat para arkeolog berpikir bahwa zat seperti semen itu tak hanya digunakan sebagai lem anti air.
Sebaliknya, perlekatan batu permata kecil pada gigi seri dan gigi taring memberikan perlindungan terhadap gigi berlubang.
Baca juga: Piramid Suku Maya Sebagian Dibangun dari Abu Vulkanik Letusan Gunung Berapi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.