Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Amerika Serikat Temukan Pengobatan Potensial Diabetes Tipe 1, Seperti Apa?

Kompas.com - 23/05/2022, 13:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekelompok peneliti di Amerika Serikat tengah mengembangkan jenis pengobatan diabetes tipe 1, yang dinilai dapat memberikan harapan kepada setidaknya 9 juta pasien di seluruh dunia.

Metode pengobatan baru tersebut adalah transplantasi sel pulau di pankreas untuk menyediakan tempat penghasil insulin.

Adapun pulau pankreas atau pulau Langerhans adalah daerah pankreas, yang mengandung sel-sel endokrin yang merupakan penghasil hormon.

Sementara, diabetes tipe 1 adalah penyakit yang sampai saat ini hanya bisa diatasi dengan pemberian suntikan insulin seumur hidup.

Baca juga: Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Diabetes Tipe 2, Apa Bedanya?

Ahli imunologi di University of Missouri, Haval Shirwan memaparkan diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan salah mengidentifikasi sel penghasil insulin di pankreas, sebagai 'makhluk asing.' Sehingga ia menghancurkan sel tersebut.

Dalam studi yang dipublikasikan di Science Advances pada 13 Mei 2022, peneliti berkata prosedur transplantasi itu bukan tanpa risiko.

Sebab, orang yang menerima transplantasi perlu minum obat imunosupresan selama transplantasi, untuk memastikan sel-sel kekebalan 'jahat' tidak menghancurkan jaringan baru.

Obat Imunosupresan atau imunosupresif adalah kelompok obat yang digunakan, untuk menekan kerja sistem kekebalan tubuh.

Obat ini umumnya digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun maupun pencegahan reaksi penolakan pasca-tranplantasi organ.

"Pengembangan rejimen tolerogenik agar pasien tidak mengonsumsi imunosupresan akan memperluas penerapan transplantasi pulau sebagai pengobatan untuk diabetes tipe 1," tulis para peneliti dalam studinya dilansir dari Science Alert, Sabtu (21/5/2022).

Dalam studi pra-klinis menggunakan monyet cynomolgus atau kera pemakan kepiting, para peneliti berhasil mentransplantasikan sel pulau yang dikombinasikan dengan mikrogel mengandung FasL -- protein yang terlibat dalam proses kematian sel.

Ketika FasL berinteraksi dengan molekul lain yang disebut Fas yang dibawa sel kekebalan 'jahat', protein akan membunuhnya.

"Tim kami memelopori teknologi yang memungkinkan produksi bentuk baru FasL dan presentasinya pada sel pulau pankreas yang ditransplantasikan atau mikrogel untuk mencegah penolakan oleh sel jahat," terang ahli imunologi di University of Missouri, Esma Yolcu.

Baca juga: Mengkhawatirkan, Angka Diabetes Tipe 1 pada Anak dan Remaja di Indonesia Terus Naik

 

Empat monyet dalam penelitiannya diberikan mikrogel FasL, sementara tiga monyet yang menjadi kontrol menerima mikrogel tanpa FasL.

Para peneliti kemudian memberi monyet satu obat rapamycin selama tiga bulan setelah operasi transplantasi, untuk mencegah penolakan sel.

Setelah obat-obatan dihentikan, semuanya mampu untuk mempertahankan kontrol glikemik selama satu bulan.

Hasil tersebut dinilai sudah cukup baik, mengingat studi ini terhenti karena merebaknya infeksi virus corona.

"Kami percaya bahwa pendekatan kami memungkinkan transplantasi untuk bertahan dan mengendalikan diabetes lebih lama dari enam bulan tanpa obat anti-penolakan," kata Lei.

Meskipun mereka mulai merencanakan untuk uji klinis pada manusia, peneliti mencatat bahwa studi lebih lanjut masih akan dilakukan untuk memastikan keamanan metode transplantasi bagi pasien diabetes tipe 1.

"Kami akan membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengetahui dengan pasti (hasil studi)," pungkas peneliti.

Baca juga: Ada Riwayat Diabetes dalam Keluarga, Bisakah Diabetes Dicegah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com