Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bahaya Penyakit Tidak Menular dan Cara Mencegahnya

Kompas.com - 19/05/2022, 11:00 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit tidak menular (PTM) bersifat kronis atau menahun dan tidak memberikan dampak kesehatan seketika. Hal inilah yang membuat masyarakat tidak sadar bahwa perilakunya berisiko pada penyakit tersebut.

Sekretaris Umum Aliansi PTM dr. Ade Meidian Ambari menjelaskan, beberapa penyakit tidak menular yang paling banyak dialami yaitu penyakit jantung koroner, stroke, penyakit paru, diabetes, hipertensi, dan lainnya.

“Hipertensi salah satu penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk penyakit jantung, pembuluh darah, stroke, dan lainnya,” ujar Ade dalam konferensi pers Aliansi PTM Indonesia, Rabu (18/5/2022).

Baca juga: Kapan Seseorang Dikatakan Hipertensi? Kenali Gejalanya

Ade memaparkan, Indonesia menghadapi beban kesehatan karena PTM yang semakin mengkhawatirkan. Sebesar 73 persen penyebab kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular.

“Tren peningkatan PTM pada kelompok usia muda semakin tinggi. PTM menyumbang sebagai penyebab kemiskinan dan menghambat pertumbuhan sosial ekonomi,” tutur dia.

Ironisnya, sebesar 80 persen penyakit tidak menular disebabkan karena gaya hidup yang sebenarnya bisa dicegah.

Baca juga: Jangan Remehkan Hipertensi, 4 Organ Tubuh Ini Bisa Rusak akibat Komplikasi

Perilaku pemicu penyakit tidak menular dan faktor risiko

Adapun beberapa perilaku yang dapat menimbulkan PTM antara lain

  • Mengonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula, garam, dan lemak tinggi
  • Merokok
  • Asupan sayur dan buah rendah
  • Tidak berolahraga

Lebih lanjut, rokok menjadi faktor risiko yang berkontribusi pada semua penyebab kematian penyakit tidak menular.

“Kita tahu bahwa rokok masih menjadi problem yang besar di Indonesia, 60-70 persen (kasus) serangan jantung adalah perokok, kedua karena hipertensinya,” tutur Ade.

Baca juga: Bagaimana Hipertensi Dapat Menyebabkan Kerusakan Organ?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sangat dipengaruhi oleh pola makan, seperti konsumsi garam berlebih.

“Konsumsi garam dan lemak jenuh oleh penduduk Indonesia melebihi anjuran yang seharusnya,” jelas dia.

Sebagai informasi tambahan, sekitar 52,7 persen penduduk Indonesia mengonsumsi natrium lebih dari 2000 mg/hari atau melebihi batas yang dianjurkan. Rata-rata asupan natrium penduduk Indonesia mencapai 2.764 mg/orang/hari.

Sebanyak 73 persen natrium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang dimasak di rumah dan 23 persen dari makanan yang dibeli di luar rumah.

Baca juga: 4 Langkah Penanganan Hepatitis Akut Misterius pada Anak

Minuman berpemanis dan merokok

Minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) termasuk dalam salah satu produk minuman yang berkontribusi pada penyakit tidak menular.

Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di Asia Tenggara mengonsumsi MBDK dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/tahun. Konsumsi harian rata-rata MBDK di Indonesia meningkat dua kali lipat dari 2,1 juta liter pada 2005 mnejadi 5,9 juta liter pada 2014.

Mengonsumsi MBDK berkontribusi pada peningkatan berat badan yang berujung pada obesitas dan meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Beberapa penyakit tidak menular tersebut antara lain diabetes, hipertensi, kerusakan liver dan ginjal, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker.

Untuk itu, pengendalian konsumsi MBDK dapat dilakukan dengan penerapan cukai dan regulasi pemasaran seperti pelarangan iklan MBDK.

Baca juga: 7 Cara Berhenti Merokok yang Efektif

Ketua Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas Pengendalian Tembakau Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH menambahkan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan presentase perokok dewasa tertinggi di dunia dan perokok anak yang terus bertambah secara signifikan.

Merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang berujung pada penyakit mematikan seperti serangan jantung atau stroke.

“Upaya (mencegah penyakit tidak menular) tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, harus ada kebijakan yang secara komprehensif yang mengatur,” papar Rita.

Baca juga: Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Diabetes Tipe 2, Apa Bedanya?

Cara mencegah penyakit tidak menular

Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH menegaskan, menghindari faktor risiko menjadi cara paling efektif untuk mencegah penyakit tidak menular.

“Untuk mencegah penyakit tidak menular, tidak ada cara lain selain dengan menghindari faktor risikonya,” tutur dia.

Hal-hal yang dapat dilakukan dengan menjaga gaya hidup sehat, berolahraga secara teratur, tidak merokok, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih, rajin mengonsumsi buah dan sayur, serta mengecek kesehatan secara teratur.

Namun, upaya tersebut tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan, tapi harus ada kebijakan yang secara komperehensif yang mengatur. Untuk itu, menghindari faktor risiko penyakit tidak menular perlu intervensi kebijakan pemerintah yang lebih tegas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com