Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekan Imunisasi Dunia 2022: Cegah Penyakit Menular dengan Imunisasi Dasar Anak

Kompas.com - 19/04/2022, 09:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pekan Imunisasi Dunia 2022 yang berlangsung setiap akhir April, mengingatkan kita mengenai pentingnya vaksinasi pada anak.

Sebab, imunisasi dasar sangat penting untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti kanker hati, tuberkulosis (TBC), polio, difteri, tetanus, campak, rubella, dan pertusis.

Sehingga, para orangtua perlu mengetahui bahwa ada banyak vaksinasi yang seharusnya diberikan kepada anak sejah lahir hingga dewasa. Terlebih di tengah pandemi saat ini, di mana anak di bawah usia 6 tahun masih belum bisa mendapatkan vaksin Covid-19.

Dokter Spesialis Anak, Prof DR dr Hartono Gunardi, Sp.A(K), menyampaikan untuk menghindari terjadinya kasus kejadian luar biasa (KLB), penting bagi orangtua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal.

Menurutnya, imunisasi terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh agar dapat mencegah beragam penyakit menular seperti difteri dan campak.

Sejak 2017, Indonesia mengalami wabah difteri dengan hampir 1.000 kasus tercatat. Kemudian, pada 2019 dan 2020 terjadi penurunan kasus difteri karena adanya penguncian wilayah atau lockdown akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Daftar Imunisasi Dasar Lengkap Anak Berdasarkan Usia dan Manfaatnya

Kendati demikian, penurunan kasus penyakit menular seperti difteri disertai dengan penurunan cakupan imunisasi anak, sehingga harus diwaspadai, lantaran bisa memicu lonjakan kasus pada anak-anak.

"Banyak terjadi kejadian difteri seperti di Kalimantan Barat. Jadi kita perlu waspada terutama pada saat sekolah mau dibuka," ujar Hartono dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia 2022 yang digelar di Jakarta, Senin (18/4/2022).

Imunisasi dasar, lanjut dia, sangat penting menginta data tahun 2020 menunjukkan ada sekitar 500.000 bayi belum diimunisasi DPT-HB-Hib pertama dan ketiga.

Untuk diketahui, vaksin DPT-HB-Hib berfungsi mencegah penyakit difteri, perusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia (radang paru), dan meningitis.

Vaksin DPT sendiri dikhususkan untuk melindungi anak dari penyakit difteri. Maka, penurunan cakupan vaksinasi difteri harus diwaspadai untuk mencegah timbulnya wabah penyakit.

Difteri tidak hanya menyerang saluran napas, tetapi menyebabkan beberapa kondisi antara lain:

  • Konjungtivitis
  • Pharyngeal membrane
  • Bull neck (pembengkakan di leher) atau pertanda otot jantung sedang meradang yang disebut miokarditis, dan akan timbul gangguan impuls listrik untuk otot jantung bekerja terhambat diakibatkan racun dari kuman difteri
  • Kontraindikasi vaksin

Di sisi lain, wabah campak pernah terjadi di Indonesia pada 2015 hingga 2017, bahkan sampai sekarang masih ada anak yang mengalami penyakit ini. Oleh karenanya, imunisasi dasar lengkap anak sangat penting untuk melindungi anak dari penyakit menular.

Baca juga: Pekan Imunisasi Dunia 2022: Imunisasi Lengkap di Indonesia Menurun Selama Pandemi Covid-19

 

Ilustrasi vaksinasi Covid-19 untuk anak remaja untuk membentuk antibodi Covid-19 pada kelompok ini. Kemenkes izinkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak remaja di Indonesia. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), KIPI vaksin Covid.SHUTTERSTOCK/anyaivanova Ilustrasi vaksinasi Covid-19 untuk anak remaja untuk membentuk antibodi Covid-19 pada kelompok ini. Kemenkes izinkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak remaja di Indonesia. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), KIPI vaksin Covid.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tercatat 30 kabupaten di Indoneisia, yang mengalami KLB penyakit campak.

Prof Hartono menyampaikan campak dapat menyebabkan komplikasi seperti:

  • Sesak napas
  • Diare berkepanjangan lebih dari dua pekan
  • Munculnya jaringan parut di kornea sehingga penglihatannya terganggu
  • Radang otak dan bisa menyebabkan kelumpuhan atau kekakuan anggota gerak

"Oleh karena itu kita perlu mencegahnya. Komplikasi seperti ini lebih sering dijumpai pada anak yang gizi kurang dan gizi buruk. Malangnya, anak indonesia banyak yang mengalami gizi kurang maupun gizi buruk," paparnya.

Imunisasi dasar lengkap anak untuk cegah penyakit

Pada kesempatan itu, Hartono berkata bahwa imunisasi telah membantu mencegah kematian 2 hingga 3 juta anak di Indonesia.

Semakin lengkap imunisasi dasar yang diberikan pada anak, maka semakin baik pula perlindungan kesehatan anak dan tentunya juga akan berdampak pada kualitas hidup mereka.

Baca juga: Kemenkes Ingatkan, Imunisasi Dasar Anak Harus Dilakukan Selama Pandemi

"Tujuan imunisasi adalah melindungi anak. Kalau imunisasi cakupannya lebih luas bisa menurunkan angka kejadian penyakit tersebut. Kalau semua (kasus) bisa diturunkan penyakit bisa dieradikasi (hilangkan) misalnya cacar," jelasnya.

Sebagian besar orangtua mungkin bertanya-tanya apakah vaksin aman untuk anak-anak. Dia meyakinkan bahwa vaksin sudah digunakan di seluruh dunia, yang terbukti aman dan bermanfaat bagi anak.

Manfaat imunisasi juga dapat membentuk antibodi, untuk menetralkan virus agar mencegah maupun meringankan penyakit yang bisa dicegah.

Dijelaskannya, vaksin campak efikasinya mencapai 85 persen pada dosis pertama dan untuk mencapai efikasi hingga 100 persen imunisasi perlu diulangi sebanyak dua kali.

Penelitian menunjukkan bahwa booser vaksin DPT-HB-Hib, dapat meningkatkan proteksi tubuh terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan meningkatnya cakupan imunisasi anak, kata Hartono, angka kejadian campak maupun difteri pun bisa menurun.

Baca juga: Pekan Imunisasi Dunia Jadi Momentum Dorong Lansia Vaksinasi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com