Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Apa Tujuannya?

Kompas.com - 27/03/2022, 17:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan simulasi gempa dan tsunami di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali untuk memastikan kesiapan 2 acara internasional di Bali, termasuk pergelaran G20.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho dalam kegiatan simulasi gempa dan tsunami, Rabu (23/3/2022).

Cahyo mengatakan, bahwa salah satu rangkaian upaya penguatan mitigasi gempa dan tsunami kawasan infrastruktur kritis ada di wilayah Bali.

Baca juga: Edukasi Publik Evakuasi Gempa Bumi Secara Rutin, Bisakah Kita?

Seperti diketahui, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk dapat memastikan kesiapan bandara di Bali dalam menyambut 2 acara besar internasional yang akan diselenggarakan di sana.

Di antaranya Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang akan diselenggarakan pada bulan Mei 2022 dan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan pada Oktober 2022.

“BMKG dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali berupaya semaksimal mungkin memastikan kesiapan Bandara Bali dalam mengantisipasi dan memitigasi gempa dan tsunami,” ungkap Cahyo di Kuta, Rabu (23/3).

Dalam kesempatan yang sama, Arief Tyastama, Kepala UPT BMKG Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar menyampaikan, mengingat adanya potensi gempa yang dapat membangkitkan tsunami tersebut, upaya-upaya untuk penguatan mitigasi gempa dan tsunami di Provinsi Bali perlu dilakukan pada semua sektor.

"Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu upaya mitigasi kultural untuk sektor infrastruktur kritis, demi menjamin keselamatan penumpang, pegawai, dan pengguna jasa bandara, serta untuk mempercepat keberlangsungan operasional bandara apabila mengalami gempa dan tsunami," ujarnya.

Menurut Arief, simulasi gempa dan tsunami tersebut melatih pengelola bandara apabila mengalami kondisi darurat gempa berpotensi tsunami dengan magnitudo 8,5 yang bersumber di Selatan Bali.

Selain itu, Airport Safety, Risk and Performance management Senior Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Darji mengatakan, simulasi tersebut menguji proses kedaruratan dimulai dari respon saat merasakan gempa, menerima informasi gempa dan peringatan dini tsunami dari BMKG, dan proses evakuasi tsunami.

"Melalui simulasi ini kami akan mengevaluasi kembali rencana kedaruratan yang sudah kami buat, dan menguatkan kapasitas seluruh tim Komite Kebencanaan Bandara (Airport Disaster Committee) dalam penanganan gempa dan tsunami." ujar Darji.

Baca juga: Mitigasi Gempa Bumi, Langkah yang Harus Anda Lakukan

 

Lantas, mengapa simulasi gempa dan tsunami ini penting dilakukan?

Meskipun tujuan utama dalam simulasi gempa dan tsunami di Bandara Ngurah Rai Bali merupakan target untuk memperkuat mitigasi bencana di provinsi tersebut, ada alasan jelas lainnya mengapa kegiatan itu dilakukan di sana.

1. Kawasan diapit 2 sumber gempa

Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan bahwa sebenarnya simulasi gempa dan tsunami ini memang sangat penting dilakukan di Bali sebagai  daerah yang cukup rawan kedua bencana ini.

Pulau Bali secara tektonik merupakan wilayah yang diapit oleh dua sumber gempa potensial yang dapat membangkitkan gempa kuat dan memicu tsunami.

"Wilayah Selatan Bali berhadapan dengan sumber gempa tumbukan lempeng yang populer dikenal sebagai zona megathrust yang mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai magnitudo 8,5," kata Daryono dalam kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, ia menambahkan, di sebelah Utara Bali terdapat sumber gempa sesar akif yang dikenal sebagai Flores Thrust yang jalurnya memanjang dari utara Fores hingga Bali dan mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai magnitudo 7,5.

2. Sejarah gempa kuat di Bali

Dalam catatan sejarah, wilayah Bali pernah dilanda gempa kuat dan merusak sebanyak 11 kali dan terjadi tsunami sebanyak 6 kali.

Khusus untuk wilayah selatan Bali, tsunami pernah terjadi 3 kali yaitu pada 21 Januari 1917 saat terjadi gempa dahsyat “Gejer Bali”.

Selanjutnya, pada 19 Agustus 1977 saat terjadi gempa Sumba magnitudo 8,3 dan pada 2 Juni 1994 saat terjadi gempa Banyuwangi magnitudo 7,8.

Baca juga: Mengenal Potensi Gempa Kuat Megathrust Terkait Gempa Nias Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com