Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Titan, Bulan Terbesar Milik Planet Saturnus

Kompas.com - 27/02/2022, 16:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Titan adalah bulan terbesar milik Saturnus dan satu-satunya bulan di tata surya yang diketahui memiliki awan serta atmosfer yang padat.

Selain itu, Titan adalah satu-satunya benda selain Bumi yang diketahui memiliki cairan di permukaannya. 

Adapun bulan Titan secara teleskopik pada tahun 1655 oleh ilmuwan Belanda, Christian Huygens. 

Dari teleskop berbasis Bumi, Titan muncul sebagai bola berwarna merah kecoklatan yang hampir tidak berbentuk dengan permukaan yang tertutup secara permanen oleh kabut tebal. 

Titan berukuran lebih besar dari planet Merkurius dan lebih masif dari Pluto sehingga secara signifikan, ia lebih menyerupai planet daripada bulan biasa.

Baca juga: Planet Raksasa WASP-121b Diduga Memiliki Hujan Permata Cair, Studi Jelaskan

Titan mengorbit Saturnus pada jarak rata-rata 1.221.850 km dengan memakan waktu 15,94 hari Bumi untuk satu revolusi. 

Diameter Titan adalah 5.150 km, hanya sekitar 120 km lebih kecil dari bulan Jupiter, Ganymede, yang merupakan bulan terbesar di tata surya. Namun, jika atmosfernya ratusan kilometer, ukuran Titan jauh melebihi Ganymede. 

Kepadatan rata-rata Titan relatif rendah, yaitu 1,88 gram per cm kubik.

Ini menyiratkan bahwa bagian dalam Titan adalah campuran bahan berbatu, es, dan mungkin termasuk amonia. 

Dalam sifat massalnya, Titan menyerupai bulan es besar lainnya di tata surya luar, seperti Ganymede dan Callisto milik Jupiter dan bulan terbesar Neptunus, Triton.

Baca juga: Planet Raksasa WASP-121b Diduga Memiliki Hujan Permata Cair, Studi Jelaskan

Atmosfer Titan

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, atmosfer Titan pertama kali terdeteksi secara spektroskopi pada tahun 1944 oleh astronom Amerika-Belanda, Gerard P. Kuiper, yang menemukan bukti penyerapan sinar matahari oleh metana .

Namun, studi tentang pembiasan (pembengkokan) gelombang radio di atmosfer dilakukan selama Penerbangan Voyager 1 pada tahun 1980.

Penerbangan tersebut menunjukkan bahwa molekul metana harus membentuk beberapa persen dari jumlah total molekul di atmosfer dan bahwa molekul yang dominan tidak dapat dideteksi dalam spektrum cahaya tampak. 

Perbandingan data inframerah dan radio dari Voyager mengungkapkan, atom dan molekul penyusun atmosfer Titan memiliki berat molekul rata-rata 28,6 satuan massa atom.

Jadi, Voyager dengan tepat mengidentifikasi konstituen utama yang paling masuk akal sebagai nitrogen molekul, meskipun beberapa argon atom juga mungkin ada.

Baca juga: Planet Baru Proxima d Mengorbit Bintang Dekat Matahari, Seperti Apa?

Konstituen lain yang terdeteksi oleh Voyager di atmosfer Titan melalui penyerapan sinar ultraviolet dari matahari adalah molekul hidrogen dan banyak molekul pembawa karbon, yang diyakini dihasilkan oleh sinar ultraviolet matahari yang bekerja pada metana dan nitrogen di ketinggian. 

Ini termasuk karbon monoksida, karbon dioksida, dan gas organik etana, propana, asetilena, etilen, hidrogen sianida, diacetylene, metil asetilena, cyanoacetylene, serta sianogen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com