Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Berhasil Merekam Aktivitas Otak Menjelang Kematian, Apa Hasilnya?

Kompas.com - 24/02/2022, 16:30 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan berhasil merekam dan menemukan aktivitas otak manusia menjelang kematian. Mereka memulai riset ini pada seorang pasien berusia 87 tahun, yang menderita epilepsi dan mengalami serangan jantung.

Dokter yang menangani sebelumnya telah memasang alat electroencephalography (EEG) untuk merekam dan memantau pasien. Namun, kondisi pasien tersebut semakin memburuk dan pada akhirnya meninggal dunia saat perekaman ini berlangsung.

Atas persetujuan keluarga, rekaman aktivitas otak dari alat EEG milik pasien diteliti oleh para ilmuwan.

"Kami mengukur 900 detik aktivitas otak di sekitar waktu kematian dan menetapkan area khusus untuk menyelidiki apa yang terjadi dalam 30 detik sebelum dan sesudah jantung berhenti berdetak," ujar ahli bedah saraf dari University of Louisville di Amerika Serikat, Ajmal Zemmar.

Untuk diketahui, osilasi saraf atau neural oscillations adalah pola aktivitas berirama yang terdapat di dalam otak, dan lebih dikenal sebagai gelombang otak.

Gelombang ini berhubungan dengan jenis osilasi gamma, yang terlibat dalam fungsi kognitif seperti pada saat berkonsentrasi, bermimpi, meditasi, pengambilan memori, pemrosesan informasi, serta persepsi sadar.

"Tepat sebelum dan setelah jantung berhenti bekerja, kami mengamati perubahan pada pita osilasi saraf tertentu, yang disebut osilasi gamma, dan pada yang lain seperti osilasi delta, theta, alfa, dan beta," ungkap Zemmar seperti dilansir dari Science Alert, Kamis (24/2/2022).

Baca juga: Suara Asing Membuat Otak Tetap Aktif Saat Kita Tidur, Studi Jelaskan

Aktivitas otak manusia sebelum kematian

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba untuk memahami hal apa yang akan terjadi pada otak manusia ketika meninggal.

Dalam studinya, tim mencatat bahwa tepat setelah pasien mengalami serangan jantung, ditemukan lonjakan aktivitas otak pada pita gamma yang paling banyak berinteraksi dengan gelombang alfa.

Pola ini, kata mereka, mirip dengan kilas balik memori. Ilmuwan juga meyakini bahwa aktivitas gelombang otak berhubungan dengan munculnya ingatan terbaik, pada detik-detik sebelum kematian.

"Mengingat bahwa cross-coupling antara aktivitas alfa dan gamma terlibat dalam proses kognitif dan ingatan pada orang sehat, sangat menarik untuk berspekulasi bahwa aktivitas tersebut dapat mendukung teori 'recall of life' yang mungkin terjadi dalam pengalaman mendekati kematian," tulis ilmuwan.

Adapun studi data rekaman aktivitas otak menjelang kematian ini telah dipublikasikan di Frontiers in Aging Neuroscience pada Selasa (22/2/2022) lalu.

Baca juga: Kosmonot Lama Tinggal di Luar Angkasa, Apa yang Terjadi pada Otak Manusia?

Ilustrasi otak, kanker ependymoma, kanker otakShutterstock Ilustrasi otak, kanker ependymoma, kanker otak

Berkaitan dengan temuan ini para ilmuwan menggarisbawahi beberapa kondisi yang mungkin memengaruhi perilaku osilasi saraf pasien.

Pertama, otak pasien berada dalam kondidi pasca-trauma yang mengalami pendarahan, pembengkakan, dan kejang.

Selain itu, dia juga telah menerima obat anti-kejang dosis tinggi, yang mungkin juga memengaruhi aktivitas gelombang otak manusia.

Para penulis juga menemukan hal serupa dengan perubahan aktivitas saraf yang diamati pada hewan pengerat sesaat sebelum kematiannya.

Baca juga: Peneliti Temukan Sinyal di Otak yang Berhubungan dengan OCD

Pihaknya mengatakan bahwa studi tersebut memiliki keterbatasan, yakni tidak menggunakan pemindaian otak normal untuk membandingkan aktivitas otak dengan pasien.

"Kami tidak memiliki akses ke data tersebut pada pasien sehat yang kematiannya tidak mungkin diantisipasi. Oleh karena itu, memperoleh rekaman fase sesaat sebelum kematian hanya bisa diperoleh dari pasien yang sudah sakit," papar tim ilmuwan.

Mereka juga menyampaikan akan melakukan penelitian lebih lanjut, lantaran hanya menganalisis data milik pasien yang mengalami beberapa kondisi yang menyulitkan interpretasi data.

"Sesuatu yang dapat kita pelajari dari penelitian ini adalah meskipun orang yang kita cintai memejamkan mata dan siap meninggalkan kita untuk beristirahat, otak mereka mungkin memutar ulang beberapa momen terbaik yang mereka alami dalam hidup mereka," jelas tim ilmuwan.

Baca juga: Bisakah Manusia Hidup Tanpa Otak? Ini Jawabannya Menurut Sains

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com