Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Asing Membuat Otak Tetap Aktif Saat Kita Tidur, Studi Jelaskan

Kompas.com - 25/01/2022, 19:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru menunjukkan bahwa ketika kita tidur, otak lebih aktif setelah mendengar suara-suara asing dibandingkan suara yang sangat familiar.

Artinya, otak manusia mampu untuk memproses informasi di lingkungan sekitar, bahkan dalam keadaan tidur. Riset tersebut dilakukan ahli saraf kognitif, Manuel Schabus dari University of Salzburg di Austria bersama timnya terhadap 17 partisipan, dengan usia rata-rata 23 tahun.

Mereka dipantau di laboratorium khusus selama dua malam, di mana aktivitas otak diamati menggunakan mesin electroencephalography (EEG).

“Malam pertama dimaksudkan agar subjek merasa nyaman dengan lingkungan barunya,” ujar Schabus seperti dilansir dari New Scientist, Senin (17/1/2022).

Baca juga: 3 Penyebab Coronasomnia, Gangguan Tidur yang Dialami Penyintas Covid-19

Di malam kedua, saat para partsipan penelitian tertidur, peneliti memutar rekaman audio berupa suara manusia secara berulang-ulang.

Suara itu kemungkinan asing bagi beberapa orang, atau dikenali oleh yang lainnya karena merupakan suara dari orangtua maupun pasangan mereka.

Rekaman audio tersebut diputar selama empat periode dalam waktu 90 menit di malam hari. Setiap rekaman akan diputar kembali, peneliti memberikan jeda selama 30 menit agar peserta bisa lebih mudah tertidur.

Sementara, volume suara disesuaikan agar tidak membangunkan mereka

“Kami menyesuaikan level suara satu per satu,” terang Schabus.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa suara-suara asing menghasilkan lebih banyak aktivitas otak pada orang yang tidur dibandingkan suara yang lebih dikenali.

Dalam studi yang telah dipublikasikan pada 17 Januari 2022 di The Journal of Neuroscience itu, peneliti menuturkan terjadi peningkatan jumlah K-kompleks yaitu sejenis gelombang otak yang lambat dan terisolasi ketika subjek mendengar suara-suara asing.

K-kompleks juga dianggap mencegah Anda terbangun, sebagai respons terhadap gangguan yang tidak berbahaya.

“K-kompleks menarik karena menunjukkan respons langsung terhadap gangguan,” lanjutnya.

Respons tersebut, dikatakan Schabus dibagi menjadi dua bagian, pertama otak memproses informasi, kemudian menghambat informasi sehingga tidak membangunkan orang yang sedang tidur.

Apabila aktivitas otak partisipan menunjukkan bahwa mereka hampir terbangun, para peneliti menurunkan volume rekaman agar mereka tetap tertidur.

Baca juga: 4 Efek Samping Tidur dengan Lampu Menyala

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com