Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Ledakan Matahari Berhasil Terekam Kamera Pesawat Ruang Angkasa

Kompas.com - 24/02/2022, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Pesawat ruang angkasa Solar Orbiter milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil mengabadikan foto dari ledakan Matahari yang terjadi beberapa waktu lalu. 

Selain itu, Parker Solar Probe milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), juga dilaporkan mengambil gambar dari fenomena yang sama.

Peneliti dari ESA mengatakan bahwa hasil foto solar prominence atau tonjolan surya ini sangat istimewa. Sebab, peristiwa erupsi Matahari terbesar itu menampilkan gambar bersamaan dengan bentuk cakram Matahari yang tampak penuh.

Untuk diketahui, tonjolan surya adalah struktur besar dari garis-garis medan magnet yang menjaga konsentrasi plasma Matahari agar tetap padat di permukaannya.

Baca juga: Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Tonjolan surya, kata ESA, kerap dikaitkan dengan lontaran massa korona atau coronal mass ejections (CME), yang apabila menuju Bumi pelepasan energinya dapat mengganggu teknologi seperti satelit.

Ledakan Matahari terjadi pada 15 Februari lalu dan meluas sejauh jutaan km ke luar angkasa. Adapun gambar ini direkam oleh Full Sun Imager (FSI) dari Extreme Ultraviolet Imager di atas Solar Orbiter.

"Saat ini, masih ada banyak 'viewing margin' di sekitar cakram, memungkinkan detail menakjubkan ditangkap oleh FSI hingga jarak sekitar 3,5 juta kilometer, setara dengan lima kali radius Matahari," ungkap peneliti ESA seperti dilansir dari CNN, Selasa (22/2/202).

Mereka menambahkan, perangkat Full Sun Imager memang khusus dirancang untuk merekam cakram Matahari secara utuh, bahkan ketika bintang besar ini berada dalam jarak yang dekat.

"Dalam penerbangan terdekat pada 26 Maret, pesawat ruang angkasa akan melintas dalam jarak sekitar 0,3 kali jarak Matahari dan Bumi, Matahari akan mengisi bagian yang jauh lebih besar dari bidang pandang teleskop," lanjut ESA.

Teleskop luar angkasa lainnya, seperti satelit ESA/NASA SOHO, pun kerap mengamati aktivitas Matahari. Namun, perangkat ini tidak dapat menghasilkan gambar detail korona matahari atau lapisan terluarnya.

Baca juga: NASA Akan Kirim 2 Misi Baru ke Luar Angkasa Setelah Badai Matahari Merusak Satelit

Solar Orbiter dan Parker Solar Probe NASA dijadwalkan akan melakukan pengamatan bersama pada pekan depan. Parker Solar Probe rencananya akan melakukan perjalanan terdekat dengan Matahari.

Pesawat ruang angkasa ini juga menjadi yang pertama kali menyentuh permukaan Matahari pada tahun lalu, dan berhasil melintas melalui korona matahari, atau atmosfer bagian atas guna mengambil sampel partikel dan medan magnetnya.

ESA menilai, teknik pencitraan dapat memungkinkan para ahli untuk lebih mengetahui bagaimana fenomena itu bisa terhubung dengan cakram Matahari.

Oleh karena itu, mereka juga mulai mengamati siklus Matahari yang puncaknya diperkirakan terjadi sekitar pertengahan tahun 2025 mendatang.

Hal ini dilakukan guna memahami cuaca luar angkasa dari aktivitas Matahari seperti lontaran massa korona yang bisa berdampak pada jaringan listrik, satelit, GPS, maskapai penerbangan, roket, dan astronot di luar angkasa.

Baca juga: Planet Baru Terdeteksi di Bintang Terdekat Matahari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com