Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wellness Tourism Bisa Jadi Alternatif Wisata Saat Stres Hadapi Pandemi Covid-19

Kompas.com - 22/02/2022, 18:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wellness Tourism dinilai bisa menjadi alternatif yang dibutuhkan oleh masyarakat, di saat-saat stres akibat pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir sampai sekarang.

Wellness Tourism adalah sebuah konsep wisata yang bertujuan untuk memberikan pengalaman wisata yang memungkinkan seseorang mendapatkan kesejahteraan fisik, psikologi, dan spiritual, kemudian menjadi alternatif solusi bagi masyarakat.

Di Indonesia, pengembangan pariwisata di sektor kesehatan sebenarnya telah diinisiasi sejak tahun 2012. Konsep Wellness Tourism ini diharapkan dapat mewujudkan Indonesia sebagai destinasi pariwisata kesehatan dunia.

Baca juga: Stres Selama Pandemi Covid-19 Membuat Asam Lambung Naik, Benarkah? Ini Kata Dokter

Psikolog Klinis, Prita Yulia Maharani mengatakan, Wellness Tourism ini sebenarnya sangat bagus konsepnya, karena bisa menjadi alternatif solusi bagi masyarakat yang sudah lelah sekali menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Seperti yang diketahui, perubahan dan ketidakpastian yang terjadi seiring pandemi Covid-19 ini turut memunculkan berbagai permasalahan atau keluhan pada setiap individu, baik secara fisik, emosional, psikis dan spiritual.

Berbagai kondisi atau permasalahan yang dihadapi ini, menurut Prita, akan sangat mempengaruhi ketahanan atau resiliensi orang tersebut dari segala dampak negatif yang ada.

Prita mencontohkan, salah satu permasalahan yang bisa menyangkut banyak aspek yakni psikosomatis.

Psikosomatis menjadi istilah yang sangat familiar dalam kajian psikologi. Fenomena psikosomatis merupakan gangguan psikis yang dialami oleh seseorang, yang dapat turut memengaruhi kondisi fisik orang tersebut.

Jadi kadang seseorang mempunyai suatu masalah, kemudian ia terus memikirkan permasalahan itu hinggga membuatnya terkuras secara pikiran, mengganggu mental dan psikisnya.

Kemudian, saat pikiran atau psikisnya ini tidak kunjung selesai, lambat-laun tubuhnya yang sehat seolah merasakan sakit.

Contoh gangguan psikosomatis seperti yang dialami Heru. Dalam pemberitaan Kompas.com edisi 24 Juli 2009, pria 38 tahun ini dirujuk ke Poli Jiwa dan Poli Penyakit Dalam dengan keluhan maag dan sakit di dada. Keluhan makin terasa menyiksa ketika obat maag dari dokter tidak lagi mempan mengatasi nyeri lambungnya. 

Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, tidak ditemukan gangguan pada karyawan yang hobi bermain saham ini. Ahli penyakit dalam menduga Heru mengalami gangguan psikosomatis dan merujuknya ke bagian jiwa. 

Dari hasil wawancara Departemen Penyakit Dalam FKKUI, diketahui Heru selalu memikirkan sahamnya dan takut kehilangan uang tersebut. Ia memiliki latar belakang keluarga yang pas-pasan, sehingga uang sangat berarti baginya. Beban pikiran itu bermanifestasi menjadi keluhan fisik berupa nyeri lambung.

Baca juga: Stres Selama Pandemi Covid-19, Mungkinkah Orang Jadi Pelupa? Ini Kata Ahli

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com