Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Bagaimana Cara Pesawat Luar Angkasa Pergi ke Luar Angkasa?

Kompas.com - 19/02/2022, 19:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
ARC DECRA Fellow, Centre for Hypersonics, School of Mechanical and Mining Engineering, The University of Queensland - Chris James

Oleh: Chris James

HALO Mathilde, terima kasih untuk pertanyaan bagus ini. Tidak mudah untuk mencapai luar angkasa. Ada beberapa tahap untuk ke sana.

Pertama, mari kita berpikir tentang di mana “luar angkasa” sebenarnya mulai.

Nah, beberapa waktu lalu, sejumlah ahli memutuskan satu titik di atas kita sebagai area dimulainya “luar angkasa”. Mereka menandainya dengan garis tak terlihat yang disebut garis Kármán.

Garis Kármán sangat tinggi di atas kita, dan mengelilingi seluruh Bumi.Shutterstock Garis Kármán sangat tinggi di atas kita, dan mengelilingi seluruh Bumi.

Garis ini mengelilingi bumi dan berada sekitar 100 km di atas kita. Bandingkan dengan pesawat biasa yang terbang pada ketinggian 10 km di atas tanah.

Baca juga: Rusia Luncurkan Roket untuk Kirimkan Logistik ke Astronot di Stasiun Luar Angkasa

Dapatkah kita naik pesawat terbang ke luar angkasa?

Ada banyak alasan mengapa kita tidak bisa begitu saja menggunakan pesawat terbang untuk pergi ke luar angkasa. Sebab utamanya adalah, semakin tinggi kita naik, semakin sedikit udara yang ada – atau khususnya, semakin sedikit “oksigen” yang ada di udara.

Mesin membantu pesawat untuk terbang. Sama seperti mesin mobil, mesin pesawat membutuhkan oksigen untuk bekerja. Untungnya, udara yang kita hirup terdiri dari 21% oksigen (walaupun kamu tidak bisa melihatnya)!

Pesawat menyedot udara di bagian depan, menggunakan kipas besar di kedua sisi. Mereka kemudian mencampur udara ini dengan bahan bakar jet sehingga menciptakan campuran bahan bakar. Oksigen yang dibakar, membuat udara lebih panas.

Udara panas kemudian ditembakkan dari belakang dengan kecepatan yang sangat tinggi –- mendorong pesawat ke depan.

Pesawat terbang yang mencoba terbang terlalu dekat ke luar angkasa, di mana tidak ada cukup oksigen, akan menjadi seperti seseorang yang mencoba bernapas di sebuah ruangan tanpa udara.

Inilah sebabnya mengapa kita membutuhkan roket untuk sampai ke luar angkasa. Mesin roket dan mesin jet yang digunakan pada pesawat terbang jauh berbeda. Mesin roket tidak perlu mendapatkan oksigen dari udara. Sebaliknya, mesin ini membawa oksigennya sendiri.

Baca juga: China Berencana Luncurkan 140 Pesawat Luar Angkasa di Tahun 2022

Dalam beberapa hal, ini buruk. Sebab, mesin roket harus membawa sesuatu yang dapat dengan mudah didapat oleh pesawat terbang dari sekelilingnya. Itu berarti ada lebih sedikit ruang di roket untuk kargo lain, seperti penumpang dan bagasi.

Namun sisi baiknya, dengan membawa oksigen untuk perjalanan berarti roket dapat bekerja di luar angkasa. Jangkauan terbangnya pun jauh lebih tinggi daripada kebanyakan pesawat terbang.

Bagaimana cara kerja mesin roket?

Mirip dengan mesin jet pesawat, mesin roket bekerja dengan menembakkan gas yang sangat panas dari bagian belakang roket. Saat gas didorong ke belakang, roket didorong ke depan.

Ini adalah contoh aturan dalam sains yang disebut Hukum Ketiga tentang Gerak, pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan terkenal bernama Isaac Newton. Hukum ini mengatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar dan berlawanan arah.

Kamu bahkan dapat membuat “roket” yang sangat sederhana di rumah dengan bantuan orang dewasa! Jika kamu memiliki balon, tiuplah. Lalu lepaskan tanpa mengikat ujungnya. Udara di dalam balon akan menyembur keluar dan mengirimnya terbang ke sekeliling ruangan – seperti roket yang dikendalikan dengan sangat buruk!

Chris James

ARC DECRA Fellow, Centre for Hypersonics, School of Mechanical and Mining Engineering, The University of Queensland

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com