Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2022, 12:30 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stunting, kondisi saat balita mempunyai tinggi badan di bawah rata-rata, yang berkaitan erat dengan kecukupan gizi.

Stunting diakibatkan asupan gizi yang diberikan dalam waktu panjang, tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Keadaan tersebut berpeluang memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Baca juga: Ketahui, Begini Komposisi Pangan Seimbang untuk Mencegah Stunting

Tanda awal stunting

Ahli Nutrisi dan Penulis Dr. dr. Meta Hanindita, Sp. A.(K) mengatakan, stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Awal perlambatan pertumbuhan ditandai dengan kenaikan berat badan yang tersendat.

“Tanda awalnya (stunting) terjadi perlambatan pertumbuhan, kenaikan berat badan seret,” ujar Meta dalam acara Bincang KG bertema Pemenuhan Gizi Sejak Dini, Rabu (26/1/2022).

Ia menjelaskan, perlambatan pertumbuhan paling sering terjadi saat anak berusia 3-18 bulan hingga 24 bulan, atau masuk dalam 1000 hari pertama kehidupan, sehingga orangtua harus memerhatikan tumbuh kembang anak di usia-usia tersebut secara rutin.

Perkembangan berat dan tinggi badan anak dapat mengacu pada kurva pertumbuhan anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: IDAI: ASI Ekslusif Penting untuk Mencegah Stunting pada Anak

Orangtua dapat menimbang berat badan anak secara benar dengan melepaskan pakaian si kecil, dan mengukur panjang badan. Kemudian, hasil dari penimbangan dan pengukuran panjang tubuh anak diplot ke kurva.

Apabila terdapat gangguan pertumbuhan anak, maka bisa segera berkonsultasi dengan dokter.

Kecukupan gizi

Meta menegaskan, gizi berperan penting dalam pertumbuhan anak sehingga harus dipenuhi sejak dalam kandungan.

“Sejak janin hingga anak dua tahun perkembangan pesat, berbagai organ tumbuh cepat, termasuk otak,” papar dia.

Orangtua yang menginginkan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan baik, maka harus diberikan nutrisi dan stimulasi yang optimal.

“Nutrisi dan stimulasi menjadi pondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal,” tutur Meta.

Perlu dimengerti, kebutuhan gizi antara bayi, anak-anak, dengan orang dewasa berbeda.

Bayi dan anak-anak mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki orang dewasa, yaitu anak harus bertumbuh dan berkembang. Untuk itu, kecukupan nutrisi anak benar-benar harus diperhatikan.

Anak membutuhkan karbohidrat, protein dengan prioritas hewani, lemak, vitamin, dan mineral, dengan proporsi sesuai usianya.

“Nutrisi baik dapat diberikan secara rutin,” tutur Meta.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai nutrisi anak, orangtua dapat mencari informasi valid atau berkonsultasi langsung dengan ahli.

Baca juga: Manfaat Sawi Putih, Sayur Paling Padat Gizi Kedua Menurut CDC

 

Mencegah stunting

Melansir laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dituliskan lima cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil?

Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, yakni selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan.

Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang hamil selalu mengonsumsi makanan sehat, bergizi, maupun suplemen atas anjuran dokter.

Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.

Baca juga: Apa Itu Stunting dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak?

2. ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan sampai bayi berusia 6 bulan.

Ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim Jerman Veronika Scherbaum, mengatakan bahwa ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro.

Untuk itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada si kecil.

Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

3. MPASI sehat

Saat bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI.

Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting.

WHO juga merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Namun, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut dan dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

4. Terus memantau tumbuh kembang anak

Orangtua perlu terus memantau tumbuh kembang anak, terutama dari tinggi dan berat badan anak.

Ini dapat dilakukan dengan membawa anak secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak, agar lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

5. Menjaga kebersihan lingkungan

Anak-anak sangat rentan terserang penyakit, terutama jika lingkungan sekitar kotor. Faktor ini secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.

Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare menjadi faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut.

Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

 Baca juga: Kasus Stunting Terbanyak, Indonesia Tempati Urutan Keempat Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com