Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2022, 19:30 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat varian Delta menjadi strain dominan di Amerika Serikat, baik infeksi alami maupun vaksinasi sama-sama membantu memberikan perlindungan diri terhadap Covid-19.

Kendati begitu, penelitian yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada 19 Januari 2022, menegaskan bahwa vaksinasi menjadi cara teraman untuk melindungi diri dari virus corona.

Penelitian dilakukan menggunakan data sebelum munculnya gelombang Omicron di AS dan belum ada vaksin booster tersedia secara luas.

Melansir CNN, CDC menyampaikan akan menerbitkan data tambahan mengenai vaksin, booter, dan varian Omicron pada akhir pekan ini.

“Meskipun epidemiologi Covid-19 mungkin berubah saat varian baru muncul, vaksinasi tetap menjadi strategi teraman untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2 di masa mendatang, rawat inap, sisa gejala jangka panjang, dan kematian,” tulis peneliti.

Baca juga: Booster Johnson & Johnson Efektif 85 Persen Kurangi Rawat Inap, Studi Jelaskan

Analisis penelitian

Para peneliti melakukan analisis risiko infeksi Covid-19 dan rawat inap di antara kelompok individu yang divaksin dengan dan tanpa infeksi sebelumnya, serta kelompok individu yang tidak divaksinasi dengan dan tanpa infeksi sebelumnya.

Data studi dari sekitar 1,1 juta kasus di California dan New York antara akhir Mei dan pertengahan November 2021, data rawat inap hanya tersedia di wilayah California.

Secara keseluruhan, kasus infeksi corona dan tingkat rawat inap tertinggi nampak pada orang yang tidak divaskinasi dan tak memiliki riwayat infeksi corona sebelumnya.

Pada awalnya, orang yang mempunyai riwayat infeksi mempunyai tingkat kasus yang lebih tinggi dibandingkan orang yang divaskinasi dan tidak memiliki riwayat terpapar virus.

Akan tetapi, saat varian Delta menjadi dominan di AS pada bulan-bulan berikutnya, ini bergeser dengan orang-orang yang selamat dari infeksi sebelumnya mempunyai tingkat kasus yang lebih rendah dibandingkan orang yang hanya divaksinasi.

“Para ahli pertama kali melihat infeksi sebelumnya yang dikonfirmasi dengan tes laboratorium saat musim semi 2021, ketika varian Alpha dominan di seluruh negeri, sebelum varian Delta dan vaksinasi menghasilkan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi berikutnya,” ujar pemimpin pengawasan dan analisis CDC di Epi-Task Force Dr. Benjamin Silk seperti dikutip Kompas.com, Kamis (20/1/2022).

Baca juga: Studi: Virus Corona Kehilangan 90 Persen Kemampuan Menginfeksi Setelah 20 Menit di Udara

Saat Delta menjadi strain dominan di negara ini, lanjut dia, bertahan dari infeksi sebelumnya telah memberikan perlindungan yang lebih besar dibandingkan vaksinasi. Namun, pergeseran ini bertepatan dengan masa memudarnya suntikan vaksin pada banyak orang.

Selama periode penelitian, risiko rawat inap akibat infeksi corona secara signifikan lebih tinggi di antara orang yang tidak divaksinasi tanpa diagnosis Covid-19 sebelumnya daripada kelompok lain.

“Secara bersamaan, totalitas bukti benar-benar menunjukkan bahwa vaksinasi dan bertahan dari Covid memberikan perlindungan terhadap infeksi ulang, infeksi, dan rawat inap berikutnya," kata Dr. Eli Rosenberg, wakil direktur sains negara bagian New York.

Ia menambahkan, terinfeksi Covid-19 untuk pertama kalinya membawa risiko yang signifikan, dan divaksinasi serta tetap mengikuti perkembangan dengan booster benar-benar satu-satunya pilihan yang aman untuk mencegah infeksi Covid-19 dan penyakit parah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com