Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Foto Selfie Ghozali, Ramai Jual NFT Foto KTP dan Tubuh Tanpa Busana, Ini Kata Psikolog Sosial

Kompas.com - 19/01/2022, 17:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Setelah viral NFT foto selfie Ghozali Everyday yang dijual di OpenSea laku sampai miliaran rupiah. Banyak orang pun ikut berjualan NFT, tetapi malah justru menjual KTP dan foto tubuh tanpa busana.

Meskipun niat orang tersebut adalah ikut-ikutan untuk meraup cuan atau keuntungan uang dari penjualan tersebut. Tetapi, karya yang di perjualkan tersebut dinilai ceroboh karena membahayakan diri.

Chef Arnold Poernomo atau yang akrab disapa Chef Arnold, salah satu publik figur yang pernah membeli foto selfie Ghozali Everyday sampai viral tersebut pun kesal dengan kelakuan orang-orang itu.

Dalam podcast-nya bersama Deddy Corbuzier, Chef Arnold meluapkan kekesalannya.

"Untuk kalian yang goblok-goblok ya, upload selfie KTP dan juga lain-lain di OpenSea itu bayar ke sosial media, sosial media itu bisa di delete (hapus), di OpenSea gak bisa di delete," kata Arnold dikutip Kompas.com dalam akun YouTube Deddy Corbuzier, edisi 18 Januari 2022.

Arnold menegaskan, karya atau foto NFT yang diunggah di OpenSea tersebut tidak bisa dihapus sama sekali, kecuali dilaporkan, dan itu berbeda dengan unggah foto atau karya di media sosial yang bisa dihapus oleh pemiliknya sendiri.

"Mana ada orang upload foto KTP di NFT," tanya Deddy.

"Iya, KTP itu pencurian identitas," jawabnya.

Baca juga: Ghozali Minta NFT Selfie Dirinya Tidak Disalahgunakan, Apakah Privasinya Berpotensi Terancam?

Berbeda dengan foto selfie Ghozali NFT, jika foto yang dijual adalah foto KTP mau pun foto tubuh tanpa busana jika dijual kembali di marketplace yang lain, maka itu berbahaya.

Sebab, tidak tahu apakah nanti ada kemungkinan bisa disalahgunakan oleh orang tak bertanggung jawab untuk hal-hal yang buruk.

Sementara, orang yang mengunggah foto KTP dan foto tanpa busana ini tidak bisa dihapus sendiri kecuali dari pihak market NFT tersebut, misal OpenSea tempatnya menjual foto-foto itu.

"Ini percuma gue teriak-teriak di sosial media, gue harus mengedukasi, kalo orang edukasi di jalan mana didengerin sih, makanya gue ke sini (podcast Deddy Corbuzier) bro," kata dia.

Orang-orang yang mengunggah foto-fotonya di NFT itu seharusnya sudah tahu ketentuannya, bahwa jika foto atau karyanya dibeli, maka artinya orang tersebut mengizinkan foto itu dipergunakan dengan bebas oleh pembeli.

Artinya secara tidak langsung sudah mengizinkan adanya perlakuan terhadap foto yang dijual, misalnya KTP dan foto-foto tanpa busana itu.

"Nah, ini (foto selfie Ghozali) fotonya Ghozali diizinin (oleh Ghozali sendiri) buat dijadiin meme".

Baca juga: Viral NFT Foto Selfie Ghozali Terjual Miliaran Rupiah, Mengapa Orang Tertarik Membeli?

Ilustrasi NFT di OpenSeaYoutube.com/OpenSea Ilustrasi NFT di OpenSea

Dengan begitu, foto KTP dan foto tubuh tanpa busana yang dijual di NFT itu sedang terancam privasinya.

Lantas, mengapa orang-orang ramai ikutan jual NFT foto KTP, foto makanan dan foto tanpa busana tanpa tahu ilmunya?

Setelah ramai foto selfie Ghozali Everyday mendatangkan cuan di NFT, Psikolog Sosial asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan bahwa tren ikut-ikutan ini memang sudah sering terjadi atau dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dalam tindakan mudah untuk mengikuti apa yang sedang ramai diperbincangkan, bahkan tanpa tahu ilmunya atau risikonya jika mengikuti tren tersebut juga kembali ke personal atau individunya masing-masing memang.

Akan tetapi, kata Hening, kejadian ikut-ikutan padahal ancaman risiko ya besar seperti ini memang didasari pada daya pikir yang terbatas.

Mereka cenderung tidak berpikir lebih jauh, dan ini biasanya berkaitan dengan tingkat pendidikan,  lingkungan sosial terdekat, keluarga, teman, dan pergaulan untuk internal psikologis.

"Saat daya pikirnya terbatas, ini berpengaruh untuk internal psikologis, daya pertimbangan dan nalar kurang, termasuk kontrol," kata Hening kepada Kompas.com, Selasa (18/1/2022).

Baca juga: Foto Memukau Merkurius Diabadikan Pesawat Ruang Angkasa Eropa dan Jepang

Tren ikut-ikutan ini juga cenderung akan kemabli terjadi, jika masing-masing individu tidak mencoba untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang sedang viral tersebut, barulah memutuskan untuk ikut tren atau tidak.

Hal- hal yang sangat perlu dipelajari saat melihat sesuatu fenomena yang sedang viral adalah mengapa kejadian tersebut bisa viral, apa manfaatnya, bagaimana peluang risiko dampak atau ruginya jika mengikuti tren tersebut baik jangka pendek dan panjang, seberapa penting kita untuk terlibat menjadi bagian dari tren itu, dan lain sebagainya.

Dengan begitu, kita dapat memilah sisi positif dari sebuah tren yang sedang viral dan tidak latah langsung ikut-ikutan yang justru membahayakan keselamatan diri sendiri.

Namun, diakui oleh Hening bahwa fenomena foto viral Ghozali ini memang mempengaruhi psikologis masyarakat yang saat ini berkaitan dengan kreativitas, inovatif dalam menambah pundi-pundi keuangan dengan cara cepat melalui NFT.

"Di sini terjadi perubahan cepat perilaku pada masyarakat berkaitan dengan cuan, siapa cepat kreatif, dia dapat tidak melihat punya link bisnis atau tidak seperti pada proses bisnis konvensional," ujar Hening menanggapi fenomena orang-orang beramai jual foto di NFT meniru Ghozali.

Baca juga: Foto Viral Aurora di Langit Tumpeng Menoreh Yogyakarta, Ini Kata Peneliti Lapan BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com