Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kondisi Ibu Hamil dan Janin

Kompas.com - 22/12/2021, 17:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun ini rupanya juga memengaruhi kondisi ibu hamil dan janin dalam kandungannya.

Melansir The Guadian, Senin (20/12/2021) tingkat stres di antara ibu hamil naik secara signifikan diakibatkan merebaknya virus corona.

Stres kronis dapat menyebabkan peradangan dan memengaruhi kondisi bayi terlepas dari apakah ibu terpapar Covid-19 atau tidak.

Baca juga: Apa Covid-19 Tingkatkan Risiko Preeklamsia Ibu Hamil? Ini Kata Dokter

Sementara, ibu hamil terinfeksi Covid-19 disebut lima kali lebih berisiko untuk dirawat di rumah sakit, dan 22 kali lebih berisiko meninggal dunia. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu terinfeksi Covid-19, 60 persen lebih mungkin lahir prematur.

Hal tersebut meningkatkan risiko kematian bayi, cacat jangka panjang seperti cerebral palsy, asma, gangguan pendengaran, serta risiko anak terkena depresi, kecemasan, penyakit jantung maupun penyakit ginjal.

“Beberapa dari kondisi ini tidak muncul sampai masa kanak-kanak pertengahan atau kehidupan dewasa awal, tetapi mereka berasal dari saat janin,” ungkap profesor ahli saraf dan pediatri di Universitas Toronto, Dr Evdokia Anagnostou.

Menurut dia, bahaya terbesar bagi janin dalam kandungan biasanya bukan virus corona itu sendiri, melainkan daya tahan tubuh sang ibu.

Anagnostou menjelaskan, infeksi Covid-19 yang parah dan stres selama pandemi dapat membuat janin mengalami peradangan ketika sistem kekebalan ibu menurun.

"Peradangan prenatal mengubah cara otak berkembang, tergantung pada waktu infeksi, kondisi itu dapat mengubah cara jantung atau ginjal berkembang," katanya.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat, sebanyak 150.000 ibu hamil telah terpapar virus corona. Lebih dari 25.000 orang di antara mereka dirawat dir rumah sakit sementara 249 orang dilaporkan meninggal dunia.

Meski pejabat kesehatan setempat sudah merekomendasikan vaksin Covid-19 untuk ibu hamil, namun hanya 35 persen saja yang sudah menerima vaksin lengkap.

"Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, kita perlu mengamati wanita yang mengalami Covid parah serta bayinya untuk memahami dampaknya,” ujar Anagnostou.

Baca juga: 2 Riset Covid-19, Salah Satunya Ibu Hamil yang Divaksin mRNA Menurunkan Antibodi ke Bayi

Ilustrasi virus corona.Freepik Ilustrasi virus corona.

Para peneliti di Amerika Serikat dan negara-negara lain sedang mempelajari "generasi Covid" atau anak yang lahir selama pandemi Covid-19, untuk melihat apakah mereka memiliki lebih banyak masalah kesehatan dibandingkan mereka yang dikandung atau lahir sebelum tahun 2020.

Para peneliti juga mulai memublikasikan pengamatan awal terhadap bayi yang terpapar infeksi Covid-19 dan stres yang dialami ibu sebelum lahir.

Meskipun Anagnostou mencatat bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan, tetapi dia menyebut ada bukti bahwa bayi dari ibu yang dengan infeksi Covid-19 yang parah, sistem kekebalannya berubah dan ini adalah kondisi yang mengkhawatirkan.

Baca juga: Apakah Ibu Hamil Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19? Ini Penjelasan CDC

Mengubah sistem kekebalan tubuh

"Dalam beberapa kasus, Covid juga tampaknya mengubah respons kekebalan bayi," tutur Dr Karin Nielsen-Saines, spesialis penyakit menular pediatrik dari UCLA's David Geffen School of Medicine.

Studi yang diterbitkan Oktober lalu di jurnal Cell Reports Medicine menemukan, bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan Covid-19 yang parah memiliki campuran sel kekebalan dan protein yang berbeda dari bayi lainnya. Meskipun tidak ada bayi yang dinyatakan positif virus corona.

Nielsen-Saines mengungkapkan perubahan kekebalan ini dinilai mengkhawatirkan, sebab pola sel kekebalan dan protein ini sebelumnya telah ditemukan pada bayi dengan masalah pernapasan ataupun masalah saraf.

Dia berencana untuk terus mengamati bayi-bayi yang lahir itu selama tiga tahun untuk melihat apakah ada masalah perkembangan seperti berbicara, berjalan, atau berinteraksi dengan orang lain.

Memengaruhi janin yang dikandung

Meski virus corona jarang melewati plasenta pada ibu hamil, asisten profesor patologi di Fakultas Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern, Dr Jeffery Goldstein mengatakan, bahwa peradangan akibat Covid-19 pada ibu dapat melukai plasenta.

Penelitian yang dipublikasikan Goldstein dan timnya pada tahun 2020 lalu menunjukkan, plasenta dari ibu yang telah terinfeksi virus lebih banyak memiliki pembuluh darah abnormal, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk memberikan oksigen yang cukup ke janin.

Di samping itu, kerusakan plasenta dapat menyebabkan preeklamsia, komplikasi serius selama kehamilan yang meningkatkan tekanan darah.

Untuk diketahui, preeklamsia terjadi saat pembuluh darah di plasenta tidak berkembang atau berfungsi dengan baik. Kondisi ini memaksa jantung ibu bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah, karena janin tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi.

Preeklamsia juga membuat wanita rentan terkena serangan jantung dan stroke di kemudian hari.

Bayi laki-laki lebih berisiko

Para peneliti menyebut bayi laki-laki umumnya lebih rentan daripada bayi perempuan. Bayi laki-laki lebih berisiko lahir prematur, mengalami kecacatan, bahkan meninggal saat masih bayi.

Hal itu disebabkan karena anak laki-laki lebih terpengaruh dari kondisi kesehatan ibu selama terkena Covid-19. Mereka juga empat kali lebih mungkin didiagnosis mengalami autisme atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dibandingkan anak perempuan.

Sejauh ini peneliti masih belum memahami mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Di sisi lain, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun 2021 menunjukkan, jenis kelamin janin memengaruhi cara plasentanya merespons virus corona, maupun bagaimana sistem kekebalan ibunya merespons.

Spesialis kedokteran ibu-janin di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Dr Andrea Edlow mengatakan ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 membentuk lebih sedikit antibodi terhadap virus corona jika mereka mengandung janin laki-laki.

Para ibu juga mengirimkan lebih sedikit antibodi ke anak laki-laki daripada anak perempuan.

Anagnostou berpendapat, memvaksinasi ibu hamil dinilai sebagai cara terbaik untuk melindungi mereka dan janin dari virus.

“Kita tidak dapat lepas dari kenyataan bahwa kita telah hidup melalui dua tahun pandemi. Tapi kita bisa memikirkan peluang untuk mengurangi risiko (dengan vaksin),” pungkas Anagnostou.

Baca juga: 6 Hal yang Harus Diketahui soal Vaksinasi Covid-19 untuk Ibu Hamil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com