Sebab, mereka juga yakni bahwa teknologi dan digitalisasi memainkan peran penting dalam memungkinkan para tenaga kesehatan memberikan layanan kesehatan yang lebih luas bagi masyarakat di daerah terpencil.
Sehingga, ada berbagai aspek yang sedang diupayakan dalam persoalan digitalisasi sistem layanan kesehatan di Indonesia yakni aksesibilitas, keterjangkauan, dan ketersediaan layanan perawatan, serta model bisnis baru dan solusi pembiayaan layanan kesehatan agar terjangkau.
"Bermitra dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem layanan kesehatan adalah kunci untuk mengatasi tantangan kompleks dalam memperluas akses ke layanan kesehatan ini juga tujuan kami," ucap dia.
Baca juga: Dokter Muda Akui Teknologi Digital Memudahkan Layanan Kesehatan
Namun, diakui Setiaji, peluang yang ada ini tentunya juga memiliki tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Di antara tantangan telemedicine atau digitalisasi sistem kesehatan adalah sebagai berikut.
Disampaikan Setiaji, terdapat sekitar 400-an siistem dan aplikasi di Kementerian kesehatan, yang masih terpisah dari database intitusi kesehatan.
"Nah ini kita perlu adanya penyederhanaan pengumpulan data dalam satu sistem terintergrasi," kata dia.
Tantangan digitalisasi sistem kesehatan berikutnya adalah adanya batasan regulasi di bidang kesehatan dan digital.
Umumnya keterbatasan regulasi ini terutama untuk proteksi data dan standar data, interoperabilitas, hak dan privasi pasien.
Tantangan yang masih sangat jelas dan harus dihadapi adalah masih minimnya investasi swasta di bidang telemedicine, atau hanya 2 persen dari total volume kesepakatan digital di Asia.
Marjolijn menyampaikan bahwa persoalan investasi ini juga erat kaitannya dengan keinginan berbagai pihak untuk berkolaborasi.
Ia menekankan bahwa, kolaborasi dan kemitraan akan bermanfaat baik bagi penerima layanan kesehatan atau pasien, tenaga kesehatan yang terlibat, masyarakat, pemerintah juga penyedia di wilayah layanan kesehatan tersebut.
Untuk itu, seharusnya akselerasi digitalisasi layanan kesehatan di Indonesia sudah patut didukung oleh semua pemangku kepentingan, baik dari sektor formal dan swasta.
Oleh karena itu, Humanitarian Programme Analyst, United Nation Populatin Fund (UNFPA), Elisabeth A Sidabutar menitik beratkan pentingnya koordinasi terhadap kolaborasi penthahelix.
Elisabeth menegaskan, kolaborasi penthahelix merupakan kunci untuk dapat mendekatkan para pemangku kepentingan dengan melibatkan langsung berbagai pihak seperti pelaku usaha swasta, akademisi, pemerintah, non-pemerintah, institusi profesional, dan media saling bersinergi termasuk masyarakat.
Baca juga: Studi: Pemantauan dengan Alat Digital Jadi Kunci Keberhasilan Menurunkan Berat Badan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.