Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung yang Bermigrasi Punya Warna Bulu Lebih Pucat, Kenapa Bisa Begitu?

Kompas.com - 08/12/2021, 18:07 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Burung-burung yang melakukan perjalanan jauh alias bermigrasi ternyata memiliki warna bulu yang lebih pucat.

Peneliti menyebut pula jika semakin jauh burung-burung bermigrasi, maka semakin pucat juga warna bulunya.

Hal tersebut terungkap dari sebuah penelitian yang dilakukan pada hampir 10.000 spesies burung.

Mengutip New Scientist, Rabu (8/12/2021) warna bulu yang lebih pucat itu menurut peneliti untuk membantu burung yang terbang di bawah sinar matahari supaya tetap memiliki temperatur suhu tubuh yang sejuk.

Baca juga: 4 Fakta Burung-burung Raptor yang Bermigrasi ke Hutan Indonesia

 

"Pewarnaan bulu sangat beragam dan banyak faktor yang dapat mendorong evolusi warna, migrasi hanyalah salah satunya," kata Kaspar Delhey, peneliti dari Institut Ornitologi Max Planck di Seewiesen, Jerman, menjelaskan penyebab warna burung yang bermigrasi lebih pucat.

Dalam studi burung-burung migran ini peneliti menggunakan foto-foto dari Handbook of the Birds of the World untuk menilai tingkat kecerahan bulu burung dari 0 hingga 100.

Peneliti juga memperlakukan burung jantan dan burung betina sebagai spesies terpisah, karena warna seringkali berbeda antara jenis kelamin.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa burung yang bermigrasi dengan jarak jauh secara signifikan memiliki warna burung yang lebih pucat daripada burung yang melakukan migrasi jarak dekat.

Baca juga: Kenapa Bulu Burung Macaw Berwarna-warni?

Ilustrasi burung robin. Migrasi burung robin hingga ribuan kilometer terus menjadi misteri bagi ilmuwan. Namun, misteri migrasi burung hingga melintasi lautan dan benua ini perlahan mulai terkuak, salah satu kemungkinan adalah burung bisa merasakan medan magnet bumi.Clément Bardot/WIKIMEDIA COMMONS Ilustrasi burung robin. Migrasi burung robin hingga ribuan kilometer terus menjadi misteri bagi ilmuwan. Namun, misteri migrasi burung hingga melintasi lautan dan benua ini perlahan mulai terkuak, salah satu kemungkinan adalah burung bisa merasakan medan magnet bumi.

Temuan warna bulu burung migran ini pun menunjukkan bahwa burung yang bermigrasi akan mengalami situasi sulit untuk menjaga tubuhnya tetap berada dalam kondisi dingin saat planet memanas.

Delhey pun mengungkapkan dengan meningkatkan suhu dapat memaksa spesies yang memiliki warna burung gelap untuk terbang hanya pada malam hari saat bermigrasi atau terbang lebih tinggi di siang hari.

"Kondisi ini dapat mengurangi kelangsungan hidup spesies burung dan tingkat populasinya," katanya.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa panas berlebh merupakan masalah bagi burung migran yang terbang jarak jauh daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Baca juga: Burung Kolibri Lebah, Burung Terkecil di Dunia

 

Contohnya saja, sensor telah menunjukkan bahwa panas tubuh bebek eider yang bermigrasi bisa naik sangat tinggi sehingga mereka harus berhenti terbang.

Studi lain juga menemukan bahwa beberapa burung yang bermigrasi jauh lebih tinggi di siang hari daripada di malam hari meski harus mengeluarkan lebih banyak energi karena terbang lebih tinggi berarti udara yang lebih tipis.

Hal ini mengungkap bahwa panas matahari membuat mereka cenderung kepanasan.

Studi megenai warna bulu burung-burung migran yang bermigrasi jauh cenderung berwarna lebih pucat ini telah dipublikasikan di Current Biology.

Baca juga: Mengenal Burung Berkaki Panjang yang Merawat Rumput Lapangan JIS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com