Dengan begitu, sistem kekebalan pada penderita kanker akan jauh lebih aktif untuk melawan sel kanker tersebut.
“Dengan adanya terobosan dalam penanganan kanker paru, tentu saja saya berharap hal tersebut dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup penyintas kanker paru di Indonesia," kata Sita dalam webinar bertajuk #LungTalk: Urgensi Pasien Kanker Paru Terhadap Akses Pengobatan Inovatif, Selasa (23/11/2021).
"Sebab, peningkatan kualitas hidup penyintas kanker paru tidak terlepas dari kemudahan mendapatkan akses dari tahap diagnosis, terapi dan tatalaksana paliatifnya,” lanjutnya.
Baca juga: Imunoterapi Manfaatkan Sel Imun untuk Melawan Kanker
Beberapa penelitiaan menunjukkan, pasien kanker paru yang diberikan imunoterapi memiliki respons terapi yang lebih baik. Indikatornya adalah dari perkembangan tumor yang bisa dihentikan dan memperpanjang harapan hidup.
Imunoterapi merupakan terapi yang akan membuat sel-sel imun tubuh kembali mampu mengenali sel kanker dan menjadi aktif menyerangnya.
Imunoterapi hanya efektif diberikan pada pasien kanker paru yang sel-sel tumornya menunjukkan ekspresi PDL-1 lebih dari 50 persen. Itu berarti, pasien wajib melakukan pemeriksan biomarker PDL-1.
Sehingga, imunoterapi ini juga baik digunakan oleh penyintas kanker paru dengan Mutasi Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) positif ataupun negatif sesuai dengan pedoman internasional.
Mekanisme pengobatan yang dilakukan dalam imuno onkologi atau imunoterapi ini diberikan melalui infus yang dipasangkan ke pasien.
Pengobatan terbaru ini juga dianggap lebih baik dari sisi efek samping pengobatannya daripada kemoterapi.
Di antaranya yaitu lebih sedikit dalam kerontokan rambut, berkurang sakit kepala parah dan mual yang dirasakan oleh pasien setelah terapi.
Menurut penelitian, angka harapan hidup lima tahun pasien yang menjalani terapi imunoterapi mencapai 5-6 kali lipat dibandingkan dengan kemoterapi.
Sita menjelaskan, seringkali kanker paru hanya dikaitkan dengan perilaku merokok, sehingga ada anggapan bahwa upaya peningkatan akses pengobatan (kuratif) kanker paru belum memiliki urgensi seperti upaya promotif dan preventif.
Namun ditemukan sebuah karakteristik unik di daerah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, bahwa jumlah non perokok dan perempuan yang didiagnosis dengan kanker paru lebih tinggi dibandingkan dengan tempat lain di dunia, berdasarkan Economist Intelligence Unit tahun 2020.
Oleh karena itu, kata dia, kita tidak dapat mengesampingkan pentingnya meningkatkan akses ke pengobatan yang paling direkomendasikan untuk setiap jenis kanker paru.
Baca juga: 3 Alasan Pasien Kanker Paru Tak Boleh Menunda Pengobatan di Masa Pandemi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.