Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Bawah Laut Terbesar di Dunia Ciptakan Gunung Berapi Raksasa

Kompas.com - 25/10/2021, 12:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru yang diterbitkan pada 26 Agustus 2021 di Journal Nature Geoscience menemukan, letusan bawah laut aktif terbesar yang pernah tercatat pada 2018 lalu melahirkan 'bayi' berupa gunung berapi bawah laut raksasa seukuran gedung pencakar langit.

Melansir Live Science, Rabu (20/10/2021) para ilmuwan menemukan gunung berapi setinggi 820 meter di Samudra Hindia bagian barat, di lepas pantai Madagaskar. Ini juga seakan menjadi jawaban dari serentetan gempa di wilayah yang biasanya tenang secara seismik.

Setelah mengumpulkan data geologi, termasuk informasi survei bawah laut tahun 2019 di wilayah tersebut, tim peneliti menyadari bahwa ada gunung berapi baru di bawah laut ini sekitar 1,5 kali lebih tinggi dari gedung One World Trade Center di New York.

Baca juga: Bukti Baru Kuak Letusan Gunung Berapi Bantu Dinosaurus Dominasi Bumi

Gunung berapi bawah laut raksasa ini mengambil reservoir magma vulkanik terdalam.

"Sumber magma, reservoir, sangat dalam (sekitar 55 kilometer) di bawah tanah," ujar ahli geologi kelautan dari Paris Institute of Earth Physics (IPGP) University of Paris sekaligus ketua peneliti, Nathalie Feuillet.

"Ini adalah pertama kalinya dalam vulkanologi, bahwa kita dapat melihat reservoir yang begitu dalam di dasar litosfer (kulit terluar bumi yang mencakup mantel atas dan kerak)," lanjutnya.

Sementara itu, sekitar Mei 2018 hingga Mei 2021 tercatat lebih dari 11.000 gempa bumi yang terdeteksi mengguncang Mayotte, sebuah pulau kecil di Prancis yang berada di antara Madagaskar dan Mozambik. Gempa paling kuat yang terjadi berkekuatan M 5,9.

Selain itu, terdapat dengungan seismik aneh serta gempa berfrekuensi sangat rendah berasal jauh di bawah tanah yang tidak bisa dirasakan di permukaan, namun tercatat seismometer.

Gempa berfrekuensi sangat rendah ini terkait dengan aktivitas gunung berapi.

Aktivitas seismik dadakan ini tentu sangat mengejutkan, mengingat hanya dua gempa bumi yang terdeteksi di dekat Mayotte sejak 1972 hingga sekarang.

Pada Juli 2018 lalu, menurut data GPS para ilmuwan menyadari bahwa Mayotte bergerak ke arah timur sekitar 20 cm per tahun.

Pada saat itu, pulau ini hanya memiliki tiga atau empat stasiun GPS, sehingga para ilmuwan memasang sistem satelit navigasi global dan seismometer dasar laut di sekitar pulau untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan geologis yang terjadi.

Baca juga: Pusat Gempa Blitar 110 Km di Bawah Laut, Kok Getarannya Terasa Kuat?

 

Gabungan penggunaan seismometer darat dan dasar laut menangkap 17.000 peristiwa antara Februari hingga Mei 2019.

Pada Mei 2019, Feuillet dan peneliti lain akhirnya melakukan pelayaran. Mereka mengetahui bahwa telah terjadi peristiwa magmatik di bagian timur Mayotte, tetapi mereka tidak yakin apakah magma tersebut berada jauh di bawah kerak atau telah meletus ke dasar laut.

"Kami berharap melihat sesuatu, tapi itu belum pasti," ungkap Feuillet.

Lalu pada 2019, Feuillet menuliskan dalam penelitian, selama kurang dari 2 minggu hampir 800 gempa bumi terbesar tercatat, berkekuatan antara M 3,5 dan M 4,9.

Sebagian besar gempa bumi tersebut terletak di daerah yang cukup dekat dengan pulau, yaitu 10 km dari pantai timur, dan memiliki kedalaman antara 20 sampai 50 km dalamnya.

Kemudian ia menuturkan, multibeam echo sounder yaitu kapal yang mengirimkan gelombang suara untuk memetakan dasar laut dan kolom air menemukan sesuatu sekitar 48,8 km sebelah timur Mayotte.

Rupanya itu adalah gunung berapi bawah laut dengan bangunan berbentuk piramida berukuran sekitar 5 km kubik.

Baca juga: Studi: Ancaman Letusan Gunung Berapi Super Selalu Ada

Gunung berapi ini merupakan gunung baru yang sebelumnya tidak ada pada 2014, menurut penelitian Layanan Hidrografi dan Oseanografi Angkatan Laut Prancis.

Menurut survei 2014, wilayah itu hampir datar di sekitar 3.300 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan pada Mei 2019, puncak gunung berapi yang baru, naik menjadi 2.580 meter di bawah permukaan laut.

Volume material yang dihasilkan gunung berapi ini 30 hingga 1.000 kali lebih besar dari letusan laut dalam lainnya yang pernah dilaporkan.

Ini tiga kali lebih besar dari letusan gunung Havre tahun 2012 di Selandia Baru dan 2,5 kali lebih besar dari letusan gunung Bardarbunga tahun 2014 di Islandia.

Pergerakan lempeng tektonik menyebabkan lava di astenosfer, yaitu lapisan atas mantel yang meleleh tepat di bawah litosfer yang kaku, kemudian bergerak ke atas.

Magma ini mengalir ke atas bagian dalam tanggul geologi, yang dapat menjelaskan gempa bumi dan letusan besar selanjutnya. Di sisi lain, letusan ini tampaknya bukan yang pertama di dekat Mayotte.

"Aliran lava besar dan kerucut di lereng atas dan daratan Mayotte menunjukkan bahwa ini telah terjadi di masa lalu," tulis para peneliti.

Feuillet menyebut bukti terakhir lava di dasar laut ditemukan pada Januari 2021.

Baca juga: Ahli Temukan Petunjuk Penting Tsunami Palu di Dasar Laut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com