KOMPAS.com - Para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil melakukan eksperimen transplantasi ginjal babi ke manusia. Dalam eksperimen terbaru ini, para peneliti berhasil mentransplantasikan ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik ke manusia.
Mereka menyaksikan transplantasi organ tersebut berhasil menyaring kotoran dari tubuh manusia.
Melansir Live Science, Kamis (21/10/2021) percobaan ini dilakukan pada pasien mati otak yang terdaftar sebagai pendonor organ, dan dilakukan atas izin keluarganya.
Selama 54 jam saat proses transplantasi ginjal babi ke manusia dilakukan, ginjal tetap berada di luar tubuh pasien. Kemudian ahli bedah mengamati organ, lalu mengambil sampel jaringan.
Meskipun ginjal babi itidak ditanamkan di dalam tubuh, prosedur tersebut masih memungkinkan peneliti melihat apakah organ akan ditolak oleh tubuh.
Baca juga: Mengapa Pasien Gagal Ginjal Kronik Perlu Transplantasi Ginjal?
Dalam eksperimen transplantasi ginjal babi ke manusia ini, jika dibandingkan dengan organ hewan primata, organ babi memiliki kelebihan untuk ditransplantasikan.
Misalnya, babi dipelihara dengan baik untuk dikonsumsi, hewan ini juga melahirkan banyak anak dalam periode kehamilan yang singkat, dan pertumbuhan organ babi yang mirip dengan manusia.
Namun, jaringan babi membawa gen penghasil molekul gula (alpha-gal) yang dapat mengacaukan sistem kekebalan manusia, serta menyebabkan penolakan organ.
Apalagi pada orang dengan alergi daging merah yang langka, molekul tersebut dapat memicu reaksi alergi yang berisiko tinggi.
Para peneliti menggunakan ginjal dari babi rekayasa genetika yang tidak memiliki gen penghasil alpha-gal.
Selain itu, dalam eksperimen tranplantasi organ ginjal babi ke manusia, para ahli bedah juga mentransplantasikan timus babi yaitu organ kecil yang menghasilkan sel-sel kekebalan ke dalam tubuh pasien.
Baca juga: Begini Prosedur Transplantasi Ginjal di RSCM Selama Pandemi Covid-19