Namun, isu meningkatnya kelahiran prematur ini bukanlah disebabkan secara langsung oleh infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Dijelaskan Aditya, isu prematuritas atau kelahiran prematur meningkat karena gejala Covid-19 yang dialami oleh ibu hamil itu cukup berat, sehingga untuk meringankan beban ibu tersebut, jadi terpaksa bayi di dalam kandungannya harus dilahirkan lebih cepat.
"Tapi, bukan Covid-19 menyebabkan kontraksi lebih dini, itu tidak. Jadi tidak ada kaitannya Covid-19 dengan preeklamsia. Ini dua hal yang berbeda," jelasnya.
Berdasarkan studi yang dilakukan para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengungkapkan ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, berpotensi mengalami sakit parah dan meninggal dunia.
Hal ini dikarenakan, ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif, ventilasi serta alat pendukung jantung dan paru-paru.
Bahkan, wanita hamil 3 kali lebih mungkin membutuhkan bantuan pernapasan dengan ventilasi invasif dibandingkan wanita yang tidak hamil yang terinfeksi Covid-19.
Sehingga, pada kondisi ibu hamil yang bisa menjadi sangat kritis itu, potensi besar melahirkan bayi prematur atau keguguran juga sangat mungkin.
Penelitian CDC yang terbit di jurnal Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada Rabu (16/9/2020) mengamati catatan medis hampir 600 wanita hamil berusia antara 18 sampai 45 tahun yang ada di 14 negara bagian AS.
600 ibu hamil ini dikonfirmasi positif Covid-19 dan mendapat perawatan rumah sakit antara Maret hingga akhir Agustus kemarin.
Baca juga: 7 Faktor Risiko Preeklamsia, Kondisi yang Bisa Sebabkan Kematian Ibu dan Janin
Dari ibu hamil yang mengembangkan gejala Covid-19, 16 persen membutuhkan perawatan intensif, 8 persen membutuhkan ventilasi mekanis invasif, dan ada dua ibu hamil yang meninggal dunia.
Sementara itu, sekitar 12 persen ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 melahirkan secara prematur. Angka ini lebih tinggi 10 persen dari angka kelahiran prematur pada populasi umum.
Studi itu pun mencatat, wanita hamil yang mengembangkan gejala Covid-19 berpotensi lebih besar melahirkan prematur, yakni sekitar 23 persen. Wanita yang bergejala dan asimtomatik (tidak menunjukkan gejala) juga berisiko mengalami keguguran hingga 2,2 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.