Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Covid-19 Tingkatkan Risiko Preeklamsia Ibu Hamil? Ini Kata Dokter

KOMPAS.com - Infeksi Covid-19 seringkali dikaitkan dapat memicu keparahan beberapa penyakit. Di lain sisi, prevalensi preeklamsia yang bisa meningkatkan risiko kematian ibu dan janin juga terus meningkat.

Preeklamsia adalah gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi yang terjadi akibat preeklamsia yakni termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati, serta penyakit kardiovaskular lainnya.

Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas serta mortalitas ibu dan janin, yang menyumbang 76.000 kematian ibu di dunia setiap tahunnya.

Bahkan, 500.000 kematian janin di dunia setiap tahunnya juga diakibatkan oleh preeklamsia yang dialami ibu saat masa kehamilan.

Untuk di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data keseluruhan secara lengkap tentang preeklamsia yang berimplikasi pada kematian ibu dan janin. 

Lalu, apakah Covid-19 juga berpengaruh terhadap preeklamsia pada ibu hamil?

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda, dr Aditya Kusuma mengatakan, dari hasil riset di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup menunjukkan bahwa preeklamsia ini prevalensinya juga mengkhawatirkan di tanah air.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka kematian ibu akibat hipertensi mencapai 32 persen, dan akibat pendarahan mencapai 20 persen.

Sementara, data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2015 yang dimuat di Journal of hypertension, dari 2.103 pasien yang ada 18,4 persen mengalami preekalmsia.

Sedangkan, data riset dari 2.003 pasien di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita sekitar 7,5 persennya mengalami preeklamsia.

Aditya mengatakan, meskipun kondisi aspek kesehatan sangat terpengaruh akibat infeksi Covid-19 ini, tetapi sejauh ini belum ada riset yang menunjukkan adanya hubungan antara Covid-19 dan preeklamsia.

"Kabar baiknya adalah Covid-19 itu tidak dikaitkan dengan kejadian buruk pada wanita hamil. Satu-satunya yang pernah diangkat adalah prematuritas (melahirkan prematur),"  kata Aditya dalam diskusi daring bertajuk Webinar Roche: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin, Selasa (12/10/2021).


Namun, isu meningkatnya kelahiran prematur ini bukanlah disebabkan secara langsung oleh infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Dijelaskan Aditya, isu prematuritas atau kelahiran prematur meningkat karena gejala Covid-19 yang dialami oleh ibu hamil itu cukup berat, sehingga untuk meringankan beban ibu tersebut, jadi terpaksa bayi di dalam kandungannya harus dilahirkan lebih cepat.

"Tapi, bukan Covid-19 menyebabkan kontraksi lebih dini, itu tidak. Jadi tidak ada kaitannya Covid-19 dengan preeklamsia. Ini dua hal yang berbeda," jelasnya.

Risiko pengaruh Covid-19 pada ibu hamil

Berdasarkan studi yang dilakukan para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengungkapkan ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, berpotensi mengalami sakit parah dan meninggal dunia.

Hal ini dikarenakan, ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif, ventilasi serta alat pendukung jantung dan paru-paru.

Bahkan, wanita hamil 3 kali lebih mungkin membutuhkan bantuan pernapasan dengan ventilasi invasif dibandingkan wanita yang tidak hamil yang terinfeksi Covid-19.

Sehingga, pada kondisi ibu hamil yang bisa menjadi sangat kritis itu, potensi besar melahirkan bayi prematur atau keguguran juga sangat mungkin.

Penelitian CDC yang terbit di jurnal Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada Rabu (16/9/2020) mengamati catatan medis hampir 600 wanita hamil berusia antara 18 sampai 45 tahun yang ada di 14 negara bagian AS. 

600 ibu hamil ini dikonfirmasi positif Covid-19 dan mendapat perawatan rumah sakit antara Maret hingga akhir Agustus kemarin.

Dari ibu hamil yang mengembangkan gejala Covid-19, 16 persen membutuhkan perawatan intensif, 8 persen membutuhkan ventilasi mekanis invasif, dan ada dua ibu hamil yang meninggal dunia. 

Sementara itu, sekitar 12 persen ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 melahirkan secara prematur. Angka ini lebih tinggi 10 persen dari angka kelahiran prematur pada populasi umum. 

Studi itu pun mencatat, wanita hamil yang mengembangkan gejala Covid-19 berpotensi lebih besar melahirkan prematur, yakni sekitar 23 persen. Wanita yang bergejala dan asimtomatik (tidak menunjukkan gejala) juga berisiko mengalami keguguran hingga 2,2 persen.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/15/070200123/apa-covid-19-tingkatkan-risiko-preeklamsia-ibu-hamil-ini-kata-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke