Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2021, 18:33 WIB


KOMPAS.com - Keberadaan bahasa daerah di Indonesia kian hari makin tersisihkan. Bahkan beberapa bahasa daerah terancam punah karena sepi penutur.

Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun mencatat, setidaknya ada 11 bahasa daerah yang punah.

Semuanya berasal dari Indonesia bagian timur, yakni Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara.

Kepunahan suatu bahasa memang tak terjadi secara langsung, melainkan melalui proses yang panjang.

Sebelum akhirnya dinyatakan punah, sebuah bahasa akan melalui tahapan mulai dari berpotensi terancam punah, terancam punah, sangat terancam punah, sekarat, dan punah.

Baca juga: Mengapa Bahasa di Dunia Berbeda-beda?

 

Menurut Cece Sobarna, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, ada beberapa faktor memicu suatu bahasa daerah di Indonesia dapat terancam punah.

Dikutip dari laman resmi Universitas Padjajaran, Sabtu (24/7/2021) ia menyebut jika ada anggapan bahwa menggunakan bahasa daerah merupakan simbol keterbelakangan dan juga kemiskinan.

Sementara untuk kalangan muda, seringkali lahir persepsi tidak gaul saat seseorang menggunakan bahasa daerahnya.

"Anggapan itu tentu mengkhawatirkan jika terjadi terus menerus karena akhirnya bahasa daerah akan ditinggalkan oleh penuturnya," ungkap Cece.

Faktor lain yang dapat menyebabkan bahasa daerah di Indonesia terancam punah adalah anggapan bahwa dwibahasa dapat menghalangi proses pendidikan anak.

Baca juga: Mengapa Nama Ilmiah Menggunakan Bahasa Latin?

 

Ilustrasi Bahasa IndonesiaShutterstock Ilustrasi Bahasa Indonesia

Anak yang mengenal lebih dari satu bahasa akan menghalangi kemajuan proses pendidikannya.

“Nah, ini tentu harus diluruskan bahwa tidak seperti itu,” ujar Kaprodi Doktor Ilmu Sastra FIB Unpad.

Penyebab bahasa daerah punah yang lain adalah persaingan bahasa daerah dengan bahasa nasional dan bahasa asing.

Hal ini memang tak terelakkan, karena saat ini kita berada di era globalisasi. Namun menurut Cece, kecintaan terhadap budaya harus tetap dipertahankan.

Itu mengapa ia menyayangkan penamaan sejumlah tempat di Indonesia yang menggunakan istilah asing, seperti 'market' untuk pasar, atau 'park' untuk taman.

Baca juga: Mudik ke Cilacap, Benarkah Nama Kota Ngapak Ini Dari Bahasa Sunda?

 

Hal tersebut, menurut Cece, bisa menjadi ancaman terhadap bahasa daerah.

"Sebetulnya cukup mengkhawatirkan karena gejala itu memang dirasakan perlahan. Tapi jika tak dipertahankan bisa saja bahasa daerah tinggal sebuah artefak," katanya.

Ia pun berharap jika setiap komponen masyarakat dapat berperan untuk mencegah kepunahan bahasa daerah, salah satunya melalui institusi pendidikan.

"Pendidikan punya peran penting mencegah punahnya bahasa daerah. Pendidikan juga mampu meningkatkan minat generasi muda untuk menggunakannya," jelas Cece.

Baca juga: Ini Alasan Astronot Eropa Harus Bisa Bahasa Mandarin

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Oh Begitu
Mengapa Ular Berganti Kulit?

Mengapa Ular Berganti Kulit?

Oh Begitu
Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Oh Begitu
Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Oh Begitu
7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

Oh Begitu
Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Kita
10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

Fenomena
Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Oh Begitu
Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Oh Begitu
Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Oh Begitu
Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Gurita Ternyata Mampu Mengatur Ulang Otak untuk Beradaptasi

Fenomena
Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Oh Begitu
Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Fenomena
Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Suhu Lautan Bumi Catat Rekor Paling Hangat

Fenomena
Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Gajah di Kebun Binatang Ternyata Juga Menikmati Kehadiran Pengunjung

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com