Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Optimisme Riset Kelautan di Indonesia

Kompas.com - 21/07/2021, 14:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi

WILAYAH Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dua per tiga bagiannya adalah laut menjadi sebab keniscayaan pembangunan di sektor kelautan. Laut Indonesia cukup luas dan sekaligus dalam, karena sekitar 68 persen perairan laut Indonesia memiliki kedalaman lebih dari 200 meter.

Sejarah masa lalu bangsa Indonesia tidak terlepas dari laut, meski belakangan kita merasakan kurangnya perhatian negara ini pada sektor kelautan. Hampir 70 persen aktivitas perekonomian Indonesia ditopang dengan berbasis pada aktivitas daratan. Hal ini merembet pada aktivitas riset nasional yang lebih condong bukan pada aktivitas riset kelautan.

Seyogyanya, jika kita melihat pada proporsi laut nasional dan apa yang telah manusia lakukan pada laut kita, maka meningkatkan porsi riset kelautan menjadi sebuah konsekuensi logis. Peningkatan porsi riset kelautan menjadi fondasi terhadap visi kemerdekaan dan kemandirian pengelolaan maritim nasional.

Layaknya kalimat bijak, “kita perlu tahu tingginya ombak dan kuatnya angin di laut sebelum mengarungi samudra,” maka penguasaan terhadap pengelolaan laut nusantara harus diawali dengan kemandirian dan kemerdekaan melakukan riset kelautan.

Baca juga: Riset Kelautan di Indonesia, Maju Tapi Tertinggal

Selain itu riset kelautan menjadi salah satu cara manusia Indonesia untuk membalas budi sekaligus bertanggung jawab atas dampak yang kita berikan. Tiga ancaman terbesar pada laut (warmer, more acidic, less oxygen) lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia yang justru berkiblat pada pembangunan di daratan. Sampah yang banyak ditemukan di laut juga sebagian besar berasal dari daratan.

Agenda riset kelautan: Foresight 2020-2035

Akhir tahun 2017, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah merilis Foresight Riset Kelautan Indonesia 2020-2035. Pada tahun yang sama beberapa lembaga riset dan universitas di Indonesia juga mendeklarasikan Konsorsium Riset Samudra. Salah satu motivasinya adalah untuk meningkatkan porsi riset kelautan nasional.

Sebagai tindak lanjut dari deklarasi tersebut, telah disusun Agenda Riset Samudra (ARS) sebagai rencana saintifik riset kelautan. Ada tujuh agenda riset yang merujuk pada dorongan strategis rencana pembangunan nasional. Tujuh agenda riset samudra ini relevan dengan enam isu utama riset kelautan Indonesia 2020-2035.

Keenam isu utama riset kelautan adalah ketahanan pangan, ketahanan energi, keanekaragaman hayati laut, pencemaran laut, pengelolaan ekosistem, dan perubahan iklim.
Agenda riset pendayagunaan sumber daya alam pada ARS tercakup dalam isu ketahanan pangan dan energi. Dorongan strategisnya adalah terwujudnya pendayagunaan sumber daya alam hayati dan nirhayati berkesinambungan.

Tema-tema riset pada isu ketahanan pangan antara lain kajian stok biota laut, riset biota tangkap ekonomis penting, riset budidaya/marikultur, dan riset teknologi pasca panen. Sementara itu tema riset pada isu ketahanan energi meliputi riset eksplorasi asal dan aksesibilitas sumber energi berbasis laut, riset energi terbarukan hayati dan nir-hayati (e.g., biofuel), dan eksplorasi cekungan hidrokarbon.

Riset pemanfaatan sumber daya hayati laut juga menjadi bagian dari usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Riset-riset semacam ini perlu diimbangi pula dengan pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan nasional.

Riset pada isu keanekaragaman hayati tidak terlepas dari dorongan posisi Indonesia sebagai wilayah dengan kekayaan hayati laut yang melimpah. Riset keanekaragaman genetis, spesies, dan ekosistem tetap relevan dalam beberapa dekade yang akan datang. Eksplorasi galur unggul, identifikasi informasi genetik, eksplorasi spesies baru, riset potensi sumberdaya hayati laut, kajian layanan ekosistem, dan riset adaptasi terhadap perubahan lingkungan merupakan topik-topik riset yang relevan.

Baca juga: LIPI Buka Lowongan CASN, Talenta Unggul di Bidang Riset Teknologi Mineral dan Lingkungan

Tiga isu utama riset kelautan berikutnya merupakan isu kompleks yang terkait satu dengan lainnya.

Pertama adalah isu pencemaran laut yang seolah menjadi bahasan tanpa henti dan diperkirakan akan tetap eksis sampai beberapa dekade yang akan datang. Tiga bahasan inti dari riset pencemaran laut antara lain kajian sumber asal bahan pencemar, dampak pencemaran, dan penanganan pencemaran. Bahasan-bahasan tersebut terkait erat dengan isu riset kelautan pada isu pengelolaan ekosistem laut.

Berbagai aspek keilmuan dalam riset kelautan sangat diperlukan pada isu ini, misalnya oseanografi, ekologi, biologi, dan sebagainya. Beberapa tema riset yang masih perlu dikembangkan antara lain, pengembangan indeks kesehatan laut, indeks resiliensi lingkungan, rehabilitasi/restorasi, dan kesinambungan/efisiensi sumber daya alam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com