Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapak Arkeolog Indonesia Mundardjito Meninggal Dunia, Ini Sosoknya

Kompas.com - 02/07/2021, 21:02 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Kabar duka cita menyelimuti dunia arkeologi Indonesia. Bapak Arkeologi Indonesia, Prof. Dr. Mundardjito meninggal dunia hari ini, pada pukul 12.40 WIB di Rumas Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Prof. Mundardjito merupakan Guru Besar Purnabakti Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Dikatakan Ketua Departemen Arkeologi UI, Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi, M.Hum, prof. Mundardjito meninggal dunia karena penyakit asma yang telah dideritanya sejak lama.

“Terakhir menurut keluarga, banyak slam yang tidak bisa dikeluarkan, karena tenggorokannya sudah lemah, makan juga sudah susah, jadi slamnya terjebak tidak bisa dikeluarkan,” ujar Wanny kepada Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Baca juga: Dianggap Cerita Fiksi, Arkeolog Temukan Kemungkinan Lokasi Tenggelamnya Kapal Van der Wijck

Menurut Wanny, Prof. Mundardjito atau yang kerap disapa Pak Oti ini adalah sosok yang bisa menanamkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap profesi arkeolog.

“Beliau jugakan seseorang yang sepanjang hidupnya tidak lepas dari upaya mendidik, bukan hanya di bidang arkeolog, tapi juga kebudayaan,” katanya.

Selain itu, Pak Oti juga menjadi sosok favorit yang dikagumi dan dihormati para mahasiswa, karena sikapnya yang selalu terbuka untuk berbagi ilmu dan mampu membangkitkan semangat.

Diakui Wanny, banyak momen kebersamaan yang telah dilalui dengan Pak Oti, sejak dari proses penulisan skripsi hingga selanjutnya dipercaya untuk mendampingi

“Dulu saat menyelesaikan skripsi S1, saya sempat stress karena harus menulis sesuatu yang belum pernah ditulis orang lain. Tapi beliau selalu mendorong dan meyakinkan saya sampai selesai. Sejak saat itu, saya diminta menjadi asisten beliau, membantu disertasinya, dan sampai sekarang saya yang menggantikan beliau di UI,” kenangnya.

Wanny juga menuturkan, Mundardjito selalu serius menyiapkan setiap materi yang akan disampaikan di kelas.

“Dari zaman dulu, saat masih menggunakan over head projector, beliau rajin menulis sendiri setiap materi yang akan disampaikan. Beliau bikin dengan tulisan warna-warni di lembaran transparant. Jadi, mudah dipahami materinya”

“Beliau juga selalu terbuka setiap kali ada yang bertanya tentang apa pun soal arkeologi, dengan lugas beliau akan memberi pencerahan. Ini salah satunya yang saya contoh sebagai pengajar,” pungkas Wanny.

Baca juga: Arkeolog Mesir Temukan 110 Makam Kuno, Berisi Banyak Jenazah Jongkok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com