Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukuran Sperma Hewan Bervariasi, Betina Punya Peran Besar

Kompas.com - 29/06/2021, 12:04 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sperma punya tugas yang sama, yakni membuahi sel telur. Meski semua fungsi sama, sperma memiliki ukuran yang bervariasi.

Contohnya saja sperma pada tawon parasitoid (Cotesia congregata) yang memiliki ukuran sperma seperseribu sentimeter. Lalat memiliki sperma dengan panjang 6 sentimeter. Sedangkan sperma manusia berukuran 0,005 cm.

Lalu mengapa ukuran sel sperma itu begitu beragam?

Mengutip Live Science, Senin (28/6/2021) peneliti melakukan studi untuk menentukan bagaimana ukuran sperma bervariasi di antara spesies dan apa yang menyebabkan perbedaan tersebut.

Baca juga: Sperma Tikus Bertahan 6 Tahun di ISS, Akankah Jadi Jawaban Cara Bereproduksi di Luar Angkasa?

"Bukti seleksi alam mendorong ukuran sperma di berbagai spesies menjadi lebih besar atau kecil. Tapi kami ingin mengambil lebih banyak pandangan dan mencari tren di seluruh spesies," kata Ariel Kahrl, penulis utama studi dan juga biologi evolusioner di Universitas Stockholm.

Kahrl dan rekan-rekannya kemudian memeriksa data dari 3.200 spesies dan menemukan prinsip yang menentukan ukuran sperma dalam suatu spesies.

Peneliti menyebut bahwa betina dengan saluran reproduksi kecil mendorong ukuran sperma menjadi lebih besar.

Sedangkan kebutuhan untuk menyebarkan sperma lebih jauh dan luas dapat menyebabkan ukuran sperma menjadi menyusut seiring waktu.

Hal ini juga yang membuat hewan memiliki dua macam reproduksi seksual. Satu kelompok yang mencakup mamalia, serangga, dan burung menggunakan fertilisasi internal di mana sel telur berada di tubuh mereka.

Sementara untuk fertilisasi eksternal, hewan akan mengeluarkan sel telur ke lingkungan dan berharap yang terbaik. Umumnya, spesies hewan yang punya metode reproduksi ini hidup di air, seperti ikan contohnya.

Dalam kedua mode tersebut, sperma bersaing untuk bisa membuahi sel telur. Tetapi setiap mode reproduksi seksual ini memiliki tantangan tersendiri dan memberikan tekanan evolusioner yang luar biasa pada ukuran sperma.

"Kami menemukan bahwa fertilisasi eksternal cenderung memiliki sperma yang sangat kecil karena harus tersedia sperma dalam jumlah banyak untuk mencapai sel telur," kata Kahrl.

Fertilisasi eksternal biasanya terjadi di dalam air. Saat sperma menyebar, mereka menjadi encer.

Jadi strategi terbaik adalah memproduksi sperma sebanyak mungkin untuk memaksimalkan peluang setidaknya satu yang dapat mencapai sel telur.

Sementara situasi yang sama sekali berbeda terjadi pada fertilisasi internal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com