Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sperma Tikus Bertahan 6 Tahun di ISS, Akankah Jadi Jawaban Cara Bereproduksi di Luar Angkasa?

Kompas.com - 15/06/2021, 17:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan, jika sperma beku tikus yang berada hampir 6 tahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) ternyata masih memiliki kualitas yang baik. Dari sperma beku itu bahkan dapat menghasilan anak tikus yang sehat.

Temuan ini pun menjadi kabar baik, karena memberikan gambaran kemungkinan bahwa mamalia, termasuk manusia dapat bereproduksi di luar angkasa.

Sebagai informasi, saat di luar angkasa manusia berpotensi terpapar radiasi yang berefek pada tubuh kita.

Radiasi di ISS misalnya, lebih kuat 100 kali daripada di Bumi. Sementara di luar ISS, radiasi bahkan bisa jauh lebih kuat.

Baca juga: NASA Kirim Beruang Air dan Cumi Bobtail ke Luar Angkasa, untuk Apa?

"Radiasi luar angkasa dapat menyebabkan kerusakan DNA pada sel. Ini menjadi kekhawatiran akan ada pewarisan mutasi pada keturunannya setelah eksplorasi luar angkasa," tulis peneliti dalam makalahnya seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (15/6/2021).

Itu mengapa sangat penting untuk memeriksa efek radiasi, tak hanya pada organisme hidup tetapi juga generasi mendatang sebelum zaman eksplorasi luar angkasa benar-benar tiba.

Salah satu yang dilakukan ilmuwan dari University of Yamanashi, Jepang adalah meneliti sperma. Mereka mencoba memahami apakah radiasi akan merusak DNA mamalia dan hewan lain.

Tapi tak ada cara mudah untuk mempelajari efek jangka panjang dari radiasi tersebut pada bahan biologis.

Selain itu menurut peneliti, sulit untuk membawa hewan atau sel hidup ke ISS karena membutuhkan perawatan terus-menerus.

Namun dalam studi baru, peneliti menemukan metode baru untuk mempelajari radiasi pada sperma manusia.

Caranya, peneliti membekukan sperma tikus, sebuah teknik yang memungkinkan sperma diawetkan pada suhu kamar selama lebih dari setahun.

Dengan cara tersebut, akhirnya membuat tim memungkinkan untuk meluncurkan sperma ke ISS tanpa memerlukan freezer.

Sperma diluncurkan ke ISS pada Agustus 2013, dan begitu mereka tiba, para astronot menyimpannya di lemari es dengan suhu minus 95 derajat Celcius.

Beberapa sampel dibawa kembali ke Bumi setelah sembilan bulan, beberapa setelah dua tahun sembilan bulan, dan sampel terakhir kembali setelah lima tahun 10 bulan. Sampel terakhir inilah yang merupakan sampel biologis terlama disimpan di ISS.

Dalam studi baru, peneliti kemudian memeriksa sisa sampel sperma. Mereka juga menguji jumlah kerusakan DNA pada Inti sperma.

Baca juga: Stasiun Luar Angkasa China, Pesawat Tianzhou-2 Berlabuh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com