KOMPAS.com - Pada awal pandemi Covid-19, para dokter yang merawat orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 mulai menyadari, bahwa hilangnya penciuman secara tiba-tiba atau anosmia adalah salah satu gejala Covid-19.
Menurut para ahli, hal itu disebabkan karena adanya peradangan perifer akibat Covid-19 pada saraf - yang mana penting untuk fungsi penciuman.
Tetapi seiring berlalunya waktu, banyak pasien gagal memulihkan indra penciumannya, beberapa bahkan mulai khawatir bahwa kerusakannya akan permanen.
Namun, studi baru tampaknya bisa meredakan ketakutan itu.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Mengapa Virus Corona Sebabkan Hilangnya Penciuman dan Rasa
Peneliti mengungkap, dalam sebuah penelitian di Prancis, hampir semua pasien yang kehilangan indra penciumannya setelah serangan Covid-19 mendapatkan kembali kemampuan itu secara sempurna setahun kemudian.
"Anosmia (kehilangan penciuman]) terkait Covid-19 yang persisten memiliki prognosis yang sangat baik, dengan pemulihan hampir sempurna dalam satu tahun," menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Marion Renaud, ahli otorinolaringologi di University Hospitals of Strasbourg.
Melansir WebMD, dalam penelitian mereka, tim Prancis melacak indra penciuman dari 97 pasien (67 wanita, 30 pria) rata-rata berusia sekitar 39 tahun. Semua kehilangan indra penciuman setelah tertular Covid-19.
Para pasien ditanya tentang peningkatan kemampuan penciuman mereka pada empat bulan, delapan bulan, dan kemudian satu tahun penuh setelah hilangnya penciuman dimulai. Sekitar setengahnya juga diberikan tes khusus untuk mengukur kemampuan mereka dalam penciuman.
Pada bulan keempat, pengujian obyektif dari 51 pasien menunjukkan bahwa sekitar 84% (43) telah mendapatkan kembali indra penciuman, sementara enam dari delapan pasien yang tersisa telah mendapatkannya pada bulan ke delapan.
Hanya dua dari 51 pasien yang telah dianalisis menggunakan tes khusus, masih memiliki beberapa gangguan indera penciuman satu tahun setelah diagnosis awal mereka.
Dalam laporan studi yang dipublikasikan secara online di JAMA Network Open, Kamis (24/6/2021), peneliti melaporkan, bahwa secara keseluruhan, 96% pasien sembuh secara objektif dalam 12 bulan.