Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memudahkan Pasien, USAID dan Kemenkes Luncurkan Aplikasi Rujukan Pasien TBC oleh Apoteker

Kompas.com - 22/06/2021, 21:21 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tuberkulosis (TB/TBC) adalah salah satu 10 penyakit menular penyebab utama agen infeksius dan kematian di dunia.

Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang 1,2-1,4 juta) di antara orangg dengan HIV negatif.

Serta, terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang 266.000- 335.000) di antara orang dengan HIV positif.

Baca juga: Penyebab Penyakit TBC dan Cara Mencegahnya

Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TBC baru (rentang 9,11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang 120-148) per 100.000 penduduk.

Jika tak ditangani dengan tepat, tentu akan berisiko kematian. Apalagi, masih banyak pasien yang tidak tahu bahwa dirinya terkena TBC, sehingga hanya berobat ala kadarnya dengan obat-obatan dari toko obat atau apotek.

Berdasarkan studi patient pathway 2017, jika dilihat dari preferensi masyarakat dalam masyarakat dalam mencari pengobatan, 74 persen masyarakat dengan gejala TB mencari pengobatan awal di layanan swasta, di mana 52 persen mendatangi apotek atau toko obat untuk mencari pengobatan pertama kalinya.

"Hal ini menunjukkan, tingginya peran tenaga farmasi di apotek untuk deteksi dini TBC pada terduga Tb lebih awal agar segera dilakukan rujukan untuk pemeriksaan TBC di faskes," kata dr Imran Pambudi, MPHM, selaku Koordinator Program Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Percontohan program rujukan batuk di Kota Medan

Dalam upaya target eliminasi tuberkulosis, Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID Tuberculosis Private Sector (TBPS) dan Kementerian Kesehatan RI, serta sejumlah organisasi profesi bidang kesehatan meluncurkan percontohan program rujukan batuk pada aplikasi SwipeRx yang dilaksanakan di Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (22/6/2021).

SwipeRx adalah platform jejaring sosial online untuk profesional farmasi, termasuk apoteker, asisten farmasi (Tenaga Teknis Kefarmasian), pemilik farmasi, dan pemangku kepentingan utama lainnya di bidang farmasi. 

Saat ini tersedia akses modul Pengembangan Profesional Berkelanjutan atau Continuing Professional Development (CPD) untuk Tenaga Teknis Kefarmasian dalam meningkatkan pengetahuan tentang Tuberkulosis.

Program Rujukan Batuk merupakan fitur tambahan yang bertujuan memberdayakan tenaga kefarmasian di apotek, dalam mempersingkat waktu mengidentifikasi terduga TBC dan merujuknya untuk diagnosis pada fasilitas kesehatan.

Baca juga: 12 Bulan Pandemi Covid-19 Hilangkan 12 Tahun Upaya Perlawanan Tuberkulosis

Ilustrasi paru-paru pasien pengidap tuberkulosis (TB) paru, dengan tampilan diperbesar bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkannya.SHUTTERSTOCK/KATERYNA KON Ilustrasi paru-paru pasien pengidap tuberkulosis (TB) paru, dengan tampilan diperbesar bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkannya.

Program percontohan SwipeRx e-Referral ini, akan dilaksanakan selama enam bulan mulaiJuni hingga November 2021, pada 8 kecamatan di Kota Medan.

Kota Medan dipilih sebagai tempat program percontohan target eliminasi TBC melalui digital ini dikarenakan penemuan kasus TBC yang masih tinggi termasuk selama pandemi Covid-19 ini.

Diketahui bahwa jumlah penderita TBC di Sumatera Utara tahun 2019 tercatat ada sekitar 37.865 orang.

Baca juga: Menderita TBC, Ketahui Larangan dan Imbauan Makanan dari Ahli

Sayangnya, memang gejala-gejala yang dialami oleh pasien TBC sedikit serupa dengan berbagai penyakit lainnya seperti paru, batuk biasa ataupun yang saat ini sedang mewabah yaitu Covid-19.

Alhasil, seringkali pasien yang terkena TBC tidak mengetahui bahwa penyakitnya adalah TB, dan petugas apotek pun tidak dapat merujuk pasien ini untuk mendapatkan perawatan TB.

Oleh karena itu, Phamacy Innovation Specialist, USAID, apt. Vania Genos S.Farm M.Phil menyampaikan bahwa persoalan ketidak tahuan dan tidak ada kemampuan  untuk merujuk pasien terduga TB ini adalah tantangan dalam target eliminasi TBC di tahun 2030 mendatang.

"Nah di sini, karena pasien banyaknya datang beli obat di apotek, maka kita jadikan pihak apotek punya fasilitas untuk bisa langsung menyampaikan dan mengedukasi terduga TBC ini untuk datang langsung melakukan pemeriksaan (ke FKTP percontohan)," kata Vania.

"Makanya, aksesnya akan jadi lebih dekat, lebih nyaman (untuk pasien TBC melakukan pengobatan sampai sembuh)," imbuhnya.

Vania menegaskan, pasien yang harus segera dirujuk untuk melakukan pemeriksaan Tuberkulosis adalah mereka yang memiliki beberapa gejala berikut:

- Batuk berdahak lebih dari 2 minggu

- Batuk dahak bercampur darah

- Batuk darah

- Demam meriang

- Penurunan berat badan drastis tanpa program diet

- Berkeringat malam

- Penurunan nafsu makan

- Badan terasa lemas

- Sesak napas

- Neyeri dada saat bernapas

"Terlebih lagi patut dicurigai, mereka yang membeli obat batuk terus-menerus ke apotek, itu patut diedukasi dan dirujuk segera," jelasnya.

Selain itu, juga curigai pasien mengidap TBC apabila mengeluhkan batuk berkepanjangan, meski sudah minum obat bermacam-macam namun tidak kunjung sembuh.

Rujukan tersebut bisa diberikan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang berpraktik di 29 apotek percontohan,  memiliki akun SwipeRx yang terdaftar di dalam Program Rujukan Batuk, dan sudah pernah mengikuti pembekalan dari USAIN TBPS.

Baca juga: Disiplin Berobat Pasien TB Masih Rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com