Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Bulan Pandemi Covid-19 Hilangkan 12 Tahun Upaya Perlawanan Tuberkulosis

Kompas.com - 20/03/2021, 19:31 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Hanya dalam waktu satu tahun, pandemi Covid-19 rupanya telah menghilangkan 12 tahun upaya perlawanan tuberkulosis (TB) di seluruh dunia.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Lucica Ditiu, Executive Director Stop TB Partnership, di Jenewa, Swiss, Kamis (18/3/2021).

Dia mengatakan, 12 tahun pencapaian yang luar biasa dalam perlawanan terhadap TB, termasuk mengurangi jumlah orang yang terlewatkan dalam perawatan TB, telah dengan tragis dibalikkan oleh infeksi pernapasan menular lainnya.

"Dalam prosesnya, kita telah meletakkan hidup dan mata pencaharian jutaan orang dalam bahaya," ujarnya.

Baca juga: Dampak Covid-19, Akan Ada 1,4 Juta Kematian Pasien TBC di Dunia

Penurunan sebanyak 1 juta

Pernyataan Ditiu bukan alasan. Menurut data terbaru yang dibagikan oleh Stop TB Partnership, telah terjadi penurunan diagnosis dan perawatan TB sebanyak 1 juta orang di 23 negara.

Penurunan ini membuat jumlah orang yang mendapat diagnosis dan perawatan untuk TB setara dengan tahun 2018.

Lebih parahnya, penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh sembilan negara dengan kasus TB terbanyak yang merepresentasikan 60 persen dari beban TB global.

Sembilan negara yang mengalami penurunan sebanyak 16-41 persen (rata-rata 23 persen) ini adalah Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Pakistan, Filipina, Afrika Selatan, Tajikistan dan Ukraina.

Dampak TB yang terlupakan

Sejak dinyatakan sebagai pandemi pada Maret 2021, Covid-19 telah menganggu respons TB di negara berpendapatan rendah dan menengah.

Pasalnya, terjadi pengalihan sumber daya secara besar-besaran dari program TB ke Covid-19. Ini termasukan pengalihan tenaga kesehatan, rumah sakit, alat pengujian hingga peralatan diagnosis lainnya.

Baca juga: Pakar: Tuberkulosis Bisa Musnah Pada 2045, Asal...

Titik pelayanan TB juga banyak yang ditutup, dan kalau pun ada yang buka, aksesnya menjadi lebih sulit karena lockdown, stigma dan rasa takut.

Padahal, meski Covid-19 mengungguli TB sebagai penyebab kematian akibat penyakit menular paling banyak secara global, hal yang sama tidak bisa dikatakan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Di negara-negara tersebut, angka kematian akibat TB tetap jauh lebih tinggi daripada Covid-19.

Apalagi kini vaksin Covid-19 sudah mulai digulirkan. Sementara angka kematian akibat Covid-19 akan menurun, TB yang belum ditemukan vaksinnya akan terus merenggut 4.000 nyawa manusia setiap harinya.

Perlu upaya darurat

Melihat kondisi ini, Ditiu berkata bahwa pada 2021, diharapkan agar negara-negara di dunia mengencangkan ikat pinggang dan menangani TB dan Covid-19 secara cerdas dan bersamaan sebagai dua penyakit yang bisa disebarkan di udara dan memiliki gejala serupa.

Baca juga: Penyakit TBC, Begini Diagnosis hingga Lama Pengobatannya

Sebab, data di India dan Afrika Selatan juga menunjukkan bahwa orang-orang yang terinfeksi TB dan Covid-19 sekaligus memiliki risiko kematian tiga kali lipat lebih tinggi daripada yang terinfeksi TB saja.

Ini membuktikan bahwa upaya tracing kontak, penemuan kasus dan pengujian dua arah untuk TB dan Covid-19 sangat penting untuk dilakukan.

Oleh karena itu, Stop TB Partnership pun memanggil dunia untuk berinvestasi dalam upaya perlawanan TB sebagai respons terhadap pandemi Covid-19.

Kemudian, sebagai persiapan untuk menghadapi pandemi berikutnya, Stop TB Partnership juga menyarankan untuk berinvestasi dalam beberapa hal, yaitu:

  1. Kontrol infeksi
  2. Pengujian dua arah dan tracing kontak
  3. Komunitas, jaringan masyarakat sipil dan layanan kesehatan primer sebagai titik masuk diagnosis
  4. Perluasan jaringan laboratorium untuk mendukung upaya terintergasi dalam melawan TB dan Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com