Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Delta yang Menyebar di Kudus Disebut Super Strain, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 15/06/2021, 13:31 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Varian Delta adalah varian virus corona dari India, dan berdasarkan penelusuran genom, varian ini telah menyebar di Kudus, Jawa Tengah. Ahli menyebutnya super strain karena memiliki beberapa kriteria, di antaranya memengaruhi sistem kekebalan.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, varian Delta memuat tiga kriteria untuk disebut sebagai Super Strain.

Pertama, kata Dicky, varian Delta lebih menular jika dibandingkan varian B.1.1.7 atau varian Alpha yang berasal dari Inggris.

"Lebih cepat menular, dibandingkan varian Alpha bisa lebih dari 50 persen hingga 70 persen," ungkap Dicky kepada Kompas.com, Senin (14/6/2021).

Selain itu, virus corona varian Delta ini dapat menyebabkan lebih banyak orang dirawat di rumah sakit, membuat angka kesakitan meningkat, dan menyebabkan keparahan penyakit, bisa 2,5 kali dari varian Alpha.

Baca juga: Varian Virus Corona Delta Menggandakan Risiko Rawat Inap, Ini Risetnya

 

Ciri lainnya, kata Dicky, virus varian Delta diketahui dapat menyiasati atau memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

"Tidak hanya pada orang yang sudah divaksin, tetapi penyintas Covid-19 yang sudah sembuh juga bisa terinfeksi lagi," jelas Dicky.

Varian Delta memengaruhi sistem imun

Varian B.1.617.2 di India telah membuat negara tersebut dihantam tsunami Covid-19.

Akibat penyebaran varian Covid-19 tersebut, India mencatatkan rekor infeksi harian hingga lebih dari 4.000 kasus, dengan angka kematian yang sangat tinggi.

Tak hanya melumpuhkan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, tetapi juga membuat fasilitas krematorium di negara tersebut kewalahan menerima jenazah pasien Covid-19.

Varian Delta di Indonesia diketahui telah menyebar di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di daerah ini.

Baca juga: 10 Nama Baru Varian Virus Corona, dari Alpha, Delta hingga Gamma

Sejumlah pasien orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 berjemur di halaman Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (9/6/2021). Berdasarkan data pengawas isolasi pasien OTG COVID-19 Asrama Haji Donohudan, pasien yang berada di asrama tersebut per Rabu (9/6/2021) tercatat sebanyak 293 dari Kudus dan 190 dari Solo Raya. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.Aloysius Jarot Nugroho Sejumlah pasien orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 berjemur di halaman Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (9/6/2021). Berdasarkan data pengawas isolasi pasien OTG COVID-19 Asrama Haji Donohudan, pasien yang berada di asrama tersebut per Rabu (9/6/2021) tercatat sebanyak 293 dari Kudus dan 190 dari Solo Raya. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

Hal itu telah dipastikan dari pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan Kelompok Kerja (pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam siaran persnya, Senin (14/6/2021), Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr Gunadi, Sp.BA., Ph.D, menjelaskan, dari 34 sampel yang diperiksa, 28 sampel di antaranya terkonfirmasi sebagai varian Delta.

Sejumlah kasus yang terjadi di daerah tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan besar telah terjadi transmisi lokal varian Delta di Kudus.

"Sebelumnya sudah terdeteksi beberapa kasus namun bersifat acak, dan sekarang sudah menjadi klaster di daerah Kudus. Artinya, kemungkinan besar sudah terjadi transmisi lokal di Indonesia, khususnya di Kudus. Tidak menuntup kemungkinan transmisi lokal juga keluar dari Kudus," ungkap dr Gunadi.

Varian Delta adalah varian virus corona yang telah ditetapkan WHO sebagai Variant of Concern pada 31 Mei 2021 karena berdampak terhadap kesehatan masyarakat secara global.

Baca juga: Varian Delta di India Picu Gejala Baru, Gangguan Pendengaran hingga Penggumpalan Darah

 

"Varian Delta ini bisa menurunkan respons sistem imun kita terhadap infeksi Covid-19, baik respons imun yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah maupun vaksin," jelas dia.

Hal itu juga ditekankan oleh Dicky Budiman. Dicky menyebut varian Delta bisa menjadi ancaman serius, di tengah meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia saat ini.

Diperkirakan puncak kasus Covid-19 yang diakibatkan oleh penularan varian Delta ini di Indonesia dapat terjadi sekitar Juli 2021 mendatang.

"Puncak gelombang Covid-19 di Indonesia pada Juli ini didominasi oleh varian Alpha. Sedangkan (puncak gelombang Covid-19) yang disebabkan oleh varian Delta, kemungkinan terjadi pada Juli, bisa pertengahan atau akhir Juli," papar Dicky.

Dicky memperingatkan kemungkinan Indonesia bisa berpotensi mengalami dobel puncak kasus Covid-19, yang diakibatkan oleh varian Alpha dan varian Delta.

Lebih lanjut Dicky mengungkapkan bahwa varian Delta bisa menjadi pemicu ledakan kasus Covid-19, yang nantinya bisa memengaruhi sistem kesehatan.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Pfizer Beri Perlindungan dari Varian Covid-19 Delta dan Alpha

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com