Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas Dapat Mengancam Olimpiade Tokyo, Studi Jelaskan

Kompas.com - 28/05/2021, 16:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Studi baru menunjukkan, perubahan iklim yang menyebabkan cuaca panas dapat menjadi ancaman yang signifikan bagi para atlet yang akan bertanding pada Olimpiade Tokyo, di Jepang pada Juli 2021 mendatang.

Studi ini dilakukan oleh para atlet terkemuka British Association for Sustainability in Sport (BASIS) dan para ilmuwan dari Priestley International Center for Climate di Universitas Leeds, serta the Extreme Environments Laboratory Universitas Portsmouth memberikan sebuah peringatan.

Studi yang dilakukan itu bertajuk Cincin Api: Bagaimana Cuaca Panas Akan Berdampak pada Olimpiade Tokyo 2021 (Ring of Fire : How Heat Could Impact The 2021 Tokyo Olympics).

Catatan kenaikan suhu di Tokyo

Diketahui, suhu rata-rata tahunan di Tokyo, Jepang tuan rumah Olimpiade 2021, telah meningkat 2,86 derajat Celsius sejak tahun 1900.

Peningkatan suhu rata-rata yang menyebabkan cuaca panas ini ternyata sudah mencapai tiga kali lebih cepat dari rata-rata suhu tahunan dunia.

Baca juga: Mengapa Cuaca Panas Akhir-akhir Ini? BMKG Jelaskan Alasannya

 

Suhu harian maksimum melebihi 35 derajat Celsius telah membuat cuaca panas menjadi semakin umum di Tokyo sejak 1990-an, sementara gelombang panas Tokyo yang brutal pada 2018 tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim, kata para ilmuwan.

“Perbedaan 1-2 derajat pada hari perlombaan akan berdampak besar, apakah acara tersebut aman untuk dijalankan atau tidak,” kata Ben Bright, pelatih kepala di British Triathlon Federation.

Akibat kenaikan suhu tersebut, acara maraton dan bersepeda akan dipindahkan ke tempat lain dengan keadaan yang lebih sejuk, tetapi olahraga lain akan menghadapi pemeriksaan keamanan sebelum dilanjutkan pada bulan Juli.

Sementara IOC mungkin perlu mengintegrasikan data perkiraan cuaca dan suhu setempat ke dalam kriteria tempat acara di masa depan seiring kenaikan suhu global. 

Penyelenggara telah mengakui bahwa cuaca panas dan tingkat kelembapan udara di Tokyo bisa menjadi 'mimpi buruk' dalam penyelenggaraan olimpiade ini.

Baca juga: Cuaca Panas Melanda Indonesia, Kok Bikin Lelah dan Ngantuk?

Logo Olimpiade Tokyo 2020Shutterstock Logo Olimpiade Tokyo 2020

Atlet Olimpiade Beijing 2008 dan pelari maraton putri Inggris tercepat kedua sepanjang masa, Mara Yamuichi mengatakan, hal yang paling penting dalam penyelenggaraan olimpiade tersebut adakan keamanan bagi para atlet.

"Saya sangat berharap agar atlet generasi masa depan dapat bersaing dengan aman dalam maraton Olimpiade, sepertinya saya cukup beruntung untuk itu. Namun lambat laun, aklimatisasi cuaca panas akan menjadi penting, tidak hanya untuk semua pelari maraton yang berkompetisi di lingkungan yang panas, " kata Mara Yamuichi dalam rilis yang diterima Kompas.com melalui Yayasan Indonesia Cerah, Kamis (26/5/2021).

Sementara, menurut Pendayung papan atas Inggris Mel Wilson, kondisi peningkatan suhu ini membuat yang cukup signifikan tersebut jelas membawa para atlet dalam situasi berbahaya.

“Saya pikir kita pasti mendekati zona bahaya… ini adalah momen yang mengerikan ketika kita melihat atlet melewati batas kemampuan, tubuh mereka jatuh terpuruk karena kelelahan total, dan kemudian tidak bisa bangkit,” ujar Wilson.

Baca juga: Meski Cuaca Panas Indonesia Tak Akan Alami Gelombang Panas, Mengapa Begitu?

 

Potensi risiko dampak cuaca panas

Dalam studi tersebut, para ilmuwan memberikan pandangan kepada atlet tentang cara mengatasi kondisi cuaca ekstrem setelah mendengar pernyataan dari atlet terkemuka seperti atlet triathlon, para pendayung, pemaintenis, dan pelari maraton.

"Penyelenggara Olimpiade harus menanggapi peringatan dalam laporan ini dengan serius atau menghadapi risiko nyata para atlet yang bertanding akan pingsan karena kelelahan akibat cuaca yang sangat panas," ungkap Mike Tipton, Profesor Fisiologi Manusia & Terapan the Extreme Environments Laboratory, School of Sport, Health & Exercise Science di Universitas Portsmouth.  

Tanggapan ini dikeluarkan juga berdasarkan potensi dampak besar saat penyelenggaran berlangsung dengan kondisi suhu panas di atas rata-rata itu.

Olahraga tenis, berpotensi mengalami kekacauan atau gangguan saat bermain, sehingga tindakan yang bisa dilakukan untuk membatasi dampak itu adalah penambahan waktu istirahat.

Baca juga: Cuaca Panas Melanda Jakarta, Sudahkah Masuk Musim Kemarau?

Ilustrasi cuaca panas, heat strokeShutterstock Ilustrasi cuaca panas, heat stroke

Dalam pertandingan olahraga berkuda, para atlet berpotensi mengalami kekacauan akibat cuaca panas tinggi yang bisa membuat kelelahan tingkat tinggi pada kuda yang ditunggangi. Sehingga, membutuhkan tenda kundang dengan kipas angin dan air es.

Pertandingan bersepeda, bisa mengalami crash saat melintasi jalanan yang keras dan terpapar cahaya terik dalam jangka waktu panjang. 

Jika tetap dilakukan, dalam penyelenggaraannya seharusnya bagian jalan yang akan dilalui para atlet sepeda harus disemprotkan air terlebih dahulu. Serta, merancang ulang bagaimana peralatan bersepeda sesuai dengan penyerapan panas dan penguapan yang mudah.

Perlombaan lainnya yang juga terancam adalah sailing atau dayung, maraton, dan lain sebagainya.

Baca juga: Cuaca Panas Landa Indonesia, Bisakah Suncreen Melindungi?

 

Perlu tindakan tegas para pemimpin negara

Seperti diketahui, 2021 adalah tahun peristiwa besar, dengan KTTiklim PBB tahunan COP26 yang berlangsung di Glasglow, Skotlandia pada November ini.

CEO BASIS, Rusell Seymour mengatakan, semua negara diharapkan mengumumkan tujuan yang lebih tegas untuk mengurangi penggunaan minyak, gas, dan batu bara.

Tindakan itu perlu dilakukan, meskipun diketahui, Jepang sebagai pengguna utama baru bara sejauh ini menolak upaya untuk mempercepat peralihan ke bahan bakar yang lebih bersih.

“Sudah saatnya penyelenggara acara olahraga besar global membuat dampak iklim, serta kelestarian lingkungan, sebagai faktor inti dalam memutuskan di mana dan bagaimana acara tersebut harus diselenggarakan".

"Seperti yang ditunjukkan laporan (cuaca panas jelang Olimpiade Tokyo) ini, kami tidak dapat terus memperlakukan perubahan iklim sebagai masalah marjinal. Risiko bagi atlet dan penonton adalah perhatian utama, ” imbuh Seymour.

Baca juga: Cuaca Panas Masih 9 Hari, Ini Daftar Hari Terpanas di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com