Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Banten yang Berulang Disebut Gempa Kembar, Apa Bedanya dengan Gempa Susulan?

Kompas.com - 24/05/2021, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua gempa tektonik mengguncang wilayah Selat Sunda dengan magnitudo M 5,0 dan 5,4 pada Minggu (23/5/2021). Kedua gempa ini disebut dengan gempa kembar.

Mengapa kedua gempa Banten itu disebut gempa kembar bukan gempa susulan?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Mitigasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dr Daryono mengatakan, bahwa 35 gempa yang terjadi kemarin itu bukanlah gempa susulan dari gempa pertama dan kedua, melainkan disebut double earthquake (gempa kembar.

"Disebut gempa kembar, karena waktu dan tempat berdekatan kekuatan hampir sama," kata Daryono kepada Kompas.com, Senin (24/5/2021).

Baca juga: Gempa Terkini: 2 Gempa Guncang Banten, Pusatnya di Sumur, Pandeglang

Sebagai informasi, berdasarkan keterangan resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa pertama terjadi pada pukul 10.48 WIB dengan parameter awal gempa pertama M 5,0.

Episenter gempa bumi pertama terletak pada koordinat 6,59 LS dan 105,45 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 17 kilometer arah Barat Laut Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 10 kilometer.

Selanjutnya, gempa kedua memiliki parameter awal yaitu M 5,4 yang kemudian dilakukan pemutakhiran menjadi M 4,9 dan M 5,2.

Episenter gempa bumi kedua terletak pada koordinat 6,64 LS dan 105,43 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 16 km arah Barat Laut Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 10 kilometer.

Ditambahkan oleh Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM), maksud dari gempa kembar adalah gempa yang besarannya  kurang lebih sama dan terjadi pada lokasi yang berdekatan.

"Penyebabnya biasanya pada area yang struktur geologinya kompleks, di mana terdapat banyak sesar yang berdekatan dan berada pada daerah dengan tekanan tektonik yang besar," kata Gayatri kepada Kompas.com, Senin (24/5/2021).

"Seperti di selat Sunda ini, jika satu sesar bergerak, maka akan mudah mempengaruhi tingkat kestabilan sesar yang di dekatnya, sehingga terjadi gempa bumi yang berdekatan waktunya," tambahnya.

Baca juga: Selain Bengkulu, Papua dan Barat Aceh Pernah Diguncang Gempa Kembar

Ilustrasi gempa bumiShutterstock Ilustrasi gempa bumi

Beda gempa kembar dan gempa susulan

Gayatri menegaskan, gempa kembar ini sangat berbeda dengan aftershock atau gempa susulan pada kejadian-kejadian gempa yang umumnya terjadi.

Perbedaan tersebut ada di besaran atau magnitudo dan juga waktu kejadiannya.

"Kalau gempa susulan magnitudonya akan turun secara signifikan, biasanya selisih sampai satu skala, misalnya kalau gempa M 6, gempa susulan biasanya di M 5 dan akan semakin mengecil," ujarnya.

Sementara itu, yang terjadi kemarin gempa pertama terjadi pukul 10:48 WIB dengan besaran M 5,0 dan dua menit kemudian terjadi gempa yang kedua M 5,4.

"Ini malah lebih besar, dan kisarannya masih sama di range M 5, waktunya juga berdekatan sekali, dari situ bisa diinterpretasi bahwa sumber kedua gempa ini pada sesar yang berbeda," jelasnya.

Daryono juga menyebutkan, kedua gempa yang terjadi kemarin saling berkaitan dan saling memicu.

"Gempa satu picu gempa satunya. Penyebabnya ada patahan turunan (normal fault)," kata Daryono.

Sebagai informasi, dalam sehari kemarin, sudah terjadi 35 kali gempa di Banten. Dari 35 gempa itu, gempa paling ringan terjadi dengan kekuatan M 2,1.

Baca juga: Gempa Blitar Bukan Susulan, tapi Bisa Jadi Dipicu Gempa Malang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com