KOMPAS.com - Anak pengemudi ojek online bernama Naba Faiz Prasetya (10), warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, tewas setelah menyantap sate beracun yang dikirim oleh seorang wanita pada Minggu (25/4/2021).
Rupanya sate yang telah dicampur racun potassium sianida tersebut dikirim NA (25) melalui ayah korban, Bandiman untuk Tomy, laki-laki yang seharusnya menerima sate tersebut.
Namun, saat itu Tomy menolak kiriman tersebut karena tidak mengenal identitas pengirimnya.
NA mengaku sakit hati kepada Tomy, lantaran urung bersanding di pelaminan bersama Tomy. Mantan kekasihnya itu justru telah menikah dengan perempuan lain.
Baca juga: Bukan Hanya Kehilangan, Sindrom Patah Hati Juga Berasal dari Otak
Lalu, mengapa ketika patah hati, seseorang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain?
Menanggapi hal tersebut, psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan, bahwa terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan dalam sebuah hubungan, akan menimbulkan rasa kecewa sesuai dengan tingkat harapan terhadap pasangannya.
“Apalagi, bila sudah ada hubungan fisik atau mungkin sudah punya anak dari hubungan tersebut, akan memicu rasa kecewa yang sangat dalam, yang kemudian bisa berakhir dengan rasa dendam dan keinginan membalas rasa sakit hati,” jelas Hening kepada Kompas.com.
Ia melanjutkan, jika seseorang telah sampai pada titik ingin balas dendam, maka bisa dipastikan ia memiliki rasa kecewa yang sangat dalam, sehingga tidak memiliki kontrol diri yang stabil.
“Rasa kecewanya yang dalam bisa menyebabkan depresi, sehingga muncul keinginan untuk melampiaskan rasa sakitnya pada mantan pasangannya, dengan menyakiti mantan pasangan atau bahkan dirinya sendiri tanpa berpikir panjang,” tutur psikolog asal Solo ini.
Menurut Hening, ketika merasa patah hati dan sakit hati, penting untuk memberi ruang pada diri sendiri.
Menyadari bahwa hati sedang terluka dan memberi waktu untuk introspeksi diri akan membantu memulihkan hati yang sakit.
Baca juga: Mati karena Patah Hati Itu Nyata, Sains Membuktikannya