Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Sate Beracun, Mengapa Patah Hati Bisa Sebabkan Keinginan Menyakiti Orang Lain?

Kompas.com - 05/05/2021, 11:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Anak pengemudi ojek online bernama Naba Faiz Prasetya (10), warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, tewas setelah menyantap sate beracun yang dikirim oleh seorang wanita pada Minggu (25/4/2021).

Rupanya sate yang telah dicampur racun potassium sianida tersebut dikirim NA (25) melalui ayah korban, Bandiman untuk Tomy, laki-laki yang seharusnya menerima sate tersebut.

Namun, saat itu Tomy menolak kiriman tersebut karena tidak mengenal identitas pengirimnya.

NA mengaku sakit hati kepada Tomy, lantaran urung bersanding di pelaminan bersama Tomy. Mantan kekasihnya itu justru telah menikah dengan perempuan lain.

Baca juga: Bukan Hanya Kehilangan, Sindrom Patah Hati Juga Berasal dari Otak

Lalu, mengapa ketika patah hati, seseorang memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain?

Menanggapi hal tersebut, psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan, bahwa terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan dalam sebuah hubungan, akan menimbulkan rasa kecewa sesuai dengan tingkat harapan terhadap pasangannya.

“Apalagi, bila sudah ada hubungan fisik atau mungkin sudah punya anak dari hubungan tersebut, akan memicu rasa kecewa yang sangat dalam, yang kemudian bisa berakhir dengan rasa dendam dan keinginan membalas rasa sakit hati,” jelas Hening kepada Kompas.com.

Ia melanjutkan, jika seseorang telah sampai pada titik ingin balas dendam, maka bisa dipastikan ia memiliki rasa kecewa yang sangat dalam, sehingga tidak memiliki kontrol diri yang stabil.

“Rasa kecewanya yang dalam bisa menyebabkan depresi, sehingga muncul keinginan untuk melampiaskan rasa sakitnya pada mantan pasangannya, dengan menyakiti mantan pasangan atau bahkan dirinya sendiri tanpa berpikir panjang,” tutur psikolog asal Solo ini.

Menurut Hening, ketika merasa patah hati dan sakit hati, penting untuk memberi ruang pada diri sendiri.

Menyadari bahwa hati sedang terluka dan memberi waktu untuk introspeksi diri akan membantu memulihkan hati yang sakit.

Baca juga: Mati karena Patah Hati Itu Nyata, Sains Membuktikannya

IlustrasiThinkstock/kieferpix Ilustrasi

Namun demikian, Hening mengingatkan untuk tak terlalu lama menyendiri. Penting juga untuk berbagi cerita pada orang yang dipercaya. Hal ini bertujuan agar ada orang lain yang bisa membantu menjaga diri kita saat akan melakukan tindakan berbahaya.

“Dekatkan diri dengan Sang Pencipta dan bergabung dengan komunitas untuk mengalihkan energi negative menjadi positif,” saran Hening.

Untuk mencegah rasa sakit hati dan kecewa yang begitu dalam, Hening menyarankan untuk tidak berharap terlalu tinggi pada pasangan, terutama jika statusnya masih sebatas kekasih. Karena apa yang akan terjadi di masa depan tidak dapat diprediksi, termasuk apakah akan tetap bersama atau tidak.

“Penting untuk selalu berpikir waspada dan menjaga harga diri, sehingga jika di tengah jalan pasangan berubah dan membuat kita patah hati, efeknya tidak akan terlalu dalam. Nalar dan logika bisa tetap berfungsi untuk segera move on dan menata masa depan kita,” pungkasnya.

Baca juga: Didi Kempot dan Lagu Patah Hati, Ini Efek Setelah Mendengar Lagu Sedih

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com