Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Alasan Pemerintah Terbitkan Larangan Mudik Lebaran Mei 2021

Kompas.com - 04/05/2021, 11:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Lansia mendominasi korban jiwa akibat Covid-19, yaitu sebesar 48 persen. Untuk itu, pemerintah meminta masyarakat urung mudik untuk menjaga diri sendiri dan keluarga kampung halaman dari tertular Covid-19," jelasnya.

3. Mudik meningkatkan risiko kasus kematian

Dijelaskan Wiku, keputusan peniadaan atau larangan mudik ini diambil pemerintah demi mencegah lonjakan kasus Covid-19.

Hal ini perlu dilakukan karena lonjakan kasus kerap terjadi akibat beberapa kali momentum libur panjang, dan jika angka kasus kembali naik, maka jelas akan berdampak langsung terhadap sisa tempat tidur di rumah sakit untuk merawat pasien terinfeksi yang membutuhkan.

"Dan yang paling kita takutkan tentunya adalah naiknya angka kematian," ujarnya.

4. Perjalanan atau mobilitas saat mudik berpotensi sarana penularan infeksi Covid-19

Dalam alasan yang keempat ini, Wiku menyoroti dalih sejumlah masyarakat yang tetap mudik dengan alasan sudah melakukan tes skrining sebelum pulang.

Namun, ia menegaskan, masyarakat yang sudah memiliki surat hasil tes negatif sekalipun, tidak berarti terbebas dari Covid-19.

Sebab, peluang tertular dalam perjalanan selalu terbuka dan apabila ini terjadi, dapat membahayakan keluarga di kampung halaman.

5. Penularan virus tidak mengenal batas teritorial

Seperti yang disampaikan sebelumnya, perjalanan saat mudik berisiko menjadi sarana penularan infeksi Covid-19.

Selain itu, seperti yang kita ketahui, penularan virus Covid-19 ini tidak mengenal batasan teritorial atau wilayah.

Artinya ancaman penularan infeksi bisa terjadi di manapun dan kapan pun, terhadap siapa pun, baik seluruh daerah di dalam negeri dari sabang sampai merauke maupun wilayah-wilayah di luar negeri.

Baca juga: 3 Fakta Sains yang Jadi Alasan Larangan Mudik Lebaran 2021

Saat ini, Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan perkembangan pandemi Covid-19 yang relatif dapat terkendali.

Nah, tren baik ini, kata Wiku, masih dapat terjadi jika kita dapat menekan lonjakan kasus aktif baru atau bahkan menurunkan kasus infeksi yang terjadi, dan hal ini membutuhkan kinerja bersama semua lapisan masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 5 negara dengan kasus aktif tertinggi yakni Amerika Serikat (6.812.645), India (2.822.513), Brazil (1.099.201), Perancis (995.421) dan Turki (506.899).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com