Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Covid-19 di India Tak Terdeteksi PCR? | Perubahan Iklim Lahirkan Beruang Spesies Baru

Kompas.com - 27/04/2021, 06:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Tsunami Covid-19 di India yang semakin mengganas menjadi perhatian dunia. Di sisi lain, ada video yang beredar di YouTube menyebut bahwa mutasi virus corona ganda di India tidak dapat terdeteksi tes PCR. Benarkah?

Ini adalah salah satu berita populer Sains edisi Senin (26/4/2021) hingga Selasa (27/4/2021).

Berita populer lainnya, peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402 menuntun kita pada istilah tekanan hidrostatis. Salah satu alasan yang membuat awak kapal selam tidak dapat keluar kapal dalam keadaan darurat. Apa itu sebenarnya?

Kedalaman Palung Mariana hingga perubahan iklim yang menyebabkan lahirnya beruang spesies baru pun menjadi berita populer Sains lainnya.

Baca juga: [POPULER SAINS] Kondisi Laut Dalam | Alasan Kapal Selam Sulit Ditemukan

Berikut ulasannya.

1. Mutasi ganda Covid-19 di India tak terdeteksi PCR?

Sebuah video beredar di YouTube, menunjukkan mutasi virus corona di negara tersebut semakin parah.

Bahkan, strain virus corona penyebab Covid-19 yang bermutasi di India disebut tidak dapat terdeteksi oleh tes PCR, yang menjadi tes standar untuk mendeteksi infeksi.

Disebutkan dalam video tersebut, bahwa varian baru virus corona yang bermutasi di India langsung menempel di paru-paru dan tidak menempal pada rongga hidung.

Akibatnya, saat dilakukan tes usap menggunakan PCR, baik di hidung maupun tenggorokan, virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi dan memberikan hasil negatif Covid-19.

Menanggapi hal ini, Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Utomo mengungkapkan bahwa perlu menunggu data yang lebih banyak untuk bisa memastikan apakah benar virus corona tidak terdeteksi lewat PCR Test.

"Kita masih harus menunggu data yang lebih banyak, karena reseptor ACE2 yang akan ditempel virus ada di rongga napas (pernapasan) atas, yakni hidung dan tenggorokan, serta rongga napas bawah," ungkap Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).

Kendati demikian, perihal kasus tes usap di India yang menggunakan RT-PCR namun tak dapat mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 di rongga pernapasan atas, Ahmad menduga hal itu kemungkinan terjadi terkait isu teknis.

Baca selengkapnya di sini:

Covid-19 di India, Benarkah Mutasi Virus Corona Tak Terdeteksi PCR?

2. Apa itu tekanan hidrostatis

Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021).  KRI Nanggala 402 dipastikan tenggelam dan 53 awak kapalnya gugur di perairan utara Bali.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). KRI Nanggala 402 dipastikan tenggelam dan 53 awak kapalnya gugur di perairan utara Bali.

Pada Minggu (25/3/2021), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengumumkan 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 telah gugur dalam tugasnya.

Kapal KRI Nanggala-402 diketahui tenggelam dan berada pada kedalaman 838 meter.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, berada di kedalaman 838 meter sangat kecil kemungkinan para awak diselamatkan.

Sedikit dijelaskan sebelumnya, kedalaman laut mulai 200 meter sudah mulai kehilangan cahaya dan kondisinya tidak sama seperti yang ada di dalam kolam renang.

Tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10 meter.

Jika tekanan di udara adalah 1 atm, maka tekanan di kedalaman 850 meter adalah 85 atm.

Sementara manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3 hingga 4 atm.

Penjelasan selengkapnya tentang tekanan hidrostatis baca di sini:

Memahami Tekanan Hidrostatis dari Peristiwa KRI Nanggala-402

3. Berapa kedalaman palung Marina?

Palung Mariana, tempat paling dalam di Bumi tribunnewswiki.com/instagram/ultra.hd.pic Palung Mariana, tempat paling dalam di Bumi

Banyak orang telah berhasil mencapai puncak Gunung Everest yang merupakan titik tertinggi di Bumi.

Namun, hanya dua orang yang mampu turun dan mencapai titik terdalam di Bumi, yakni Palung Mariana.

Palung Mariana termasuk bagian dari jaringan global palung dalam yang membelah dasar laut. Palung dalam tersebut terbentuk ketika dua lempeng tektonik bertabrakan.

Pada titik tumbukan, salah satu lempeng menukik di bawah lempeng lainnya hingga menciptakan palung samudra. Palung Mariana merupakan palung paling dalam yang terletak di dasar laut dengan lokasi terdalamnya berada di kerak Bumi.

Berada di Pasifik barat timur Filipina dan sekitar 200 km timur Kepulauan Mariana, Palung Mariana berbentuk bulan sabit yang membentang sepanjang 2.550 km dengan lebar 69 kilometer.

Dilansir dari National Geographic, kedalaman Palung Mariana mencapai hampir 11 km.

Jika Gunung Everest dijatuhkan ke Palung Mariana, dasar Palung Mariana masih berada lebih dari 1,6 km di bawah air.

Baca selengkapnya:

Jadi Titik Terdalam di Bumi, Berapa Kedalaman Palung Mariana?

4. Perubahan iklim lahirkan spesies baru beruang

Penampakan beruang pizzly. Beruang ini diprediksi dapat bertahanan di alam liar karena memiliki keuntungan anatomi yang didapat dari beruang kutub dan grizzly.

live science Penampakan beruang pizzly. Beruang ini diprediksi dapat bertahanan di alam liar karena memiliki keuntungan anatomi yang didapat dari beruang kutub dan grizzly.

Perubahan iklim ternyata juga turut mendorong lahirnya spesies baru. Spesies yang dimaksud adalah hasil perkawinan antara beruang kutub dengan beruang grizzly yang menghasilkan beruang hibrida bernama pizzly.

Penampakan pertama kali beruang pizzly di alam liar dimulai pada 2006. Saat itu ada seorang pemburu yang akan menembak seekor beruang yang dikiranya adalah beruang kutub di wilayah barat laut Arktik Kanada.

Namun saat melihat lebih dekat, ia menemukan beruang dengan penampakan yang tak biasa.

Ia melihat beruang dengan bulu putih krem seperti beruang kutub, tetapi memiliki cakar panjang, punggung bungkuk, muka lebih pendek dan bercak cokelat beruang grizzly.

Tes DNA kemudian memastikan, bahwa hewan itu hibrida dan merupakan keturunan liar pertama dari beruang kutub dan grizzly yang didokumentasikan.

Munculnya pizzly ini menurut peneliti bertepatan dengan terjadinya penurunan populasi beruang kutub.

Bagaimana kedua hewan itu kawin? Baca selengkapnya di sini:

Perubahan Iklim Lahirkan Spesies Beruang Baru Bernama Pizzly, Seperti Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com