Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Gempa M 6,7 Malang yang Terasa Hingga Yogyakarta dan Bali | Pewarna Biru Alami Ditemukan

Kompas.com - 11/04/2021, 09:40 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Gempa Sabtu (10/4/2021) siang berkekuatan M 6,7 yang berpusat di Malang, getarannya tidak hanya dirasakan Jawa Timur dan sekitarnya, tapi juga hingga Yogykarta, Bali, dan Lombok.

Ilmuwan menjelaskan kenapa getaran gempa ini dirasakan sangat luas. Ini adalah salah satu berita populer Sains Kompas.com edisi akhir pekan.

Selain kabar mengejutkan tersebut, berita populer lainnya adalah tentang bibit siklon tropis Odette yang terdeteksi BMKG pada Jumat (9/4/2021).

Juga temuan pewarna biru makanan alami yang baru pertama kali ditemukan dalam sejarah hingga misteri laba-laba Mars yang akhirnya terungkap setelah 2 dekade.

Baca juga: [POPULER SAINS] Manfaat Vaksin AstraZeneca Besar | Siklon Tropis Seroja Berpotensi Picu Meteo-Tsunami

Berikut ulasan berita populer Sains yang sayang jika dilewatkan.

1. Alasan gempa Malang terasa hingga Yogyakarta, Bali, dan Lombok

Petugas PMI Kabupaten Malang saat mendatangi rumah warga yang rusak akibat gempa, Sabtu (10/4/2021).KOMPAS.COM/Dok. PMI Kabupaten Malang Petugas PMI Kabupaten Malang saat mendatangi rumah warga yang rusak akibat gempa, Sabtu (10/4/2021).

Ahli Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani mengungkapkan gempa bumi ini terjadi di lepas pantai selatan Jawa Timur yang terjadi akibat proses subduksi.

Guncangan gempa Malang meluas hingga ratusan kilometer dari pusat gempa.
Gayatri menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena magnitudo dan kedalaman gempa bumi tersebut cukup besar, sehingga rambatan gelombang gempa bisa mencapai area yang luas.

Berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi akibat aktivitas lempeng subduksi ini, selain dirasakan di sejumlah wilayah di Jawa Timur, juga dirasakan di Yogyakarta, Madiun, Ponorogo, Denpasar, Kuta, Jimbaran, hingga Mataram dan Lombok Barat.

Baca selengkapnya penjelasan ahli di sini:

Gempa Malang, Mengapa Guncangannya Sangat Luas sampai Yogyakarta dan Bali?

2. Bibit siklon tropis Odette dideteksi BMKG

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto MSi mengatakan, bahwa saat ini siklon tropis Odette adalah bibit siklon 90S yang sejak tanggal 2 April 2021 lalu muncul bersamaan dengan badai Seroja.

Dijelaskan Guswanto, pemberian nama siklon tropis Odette dilakukan oleh Australian Bureau of Meteorology (BoM) Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), karena posisi siklon tropis tesebut berada di wilayah tanggung jawab Australia.

Hingga Jumat, 9 April 2021, siklon tropis Odette ini diketahui berada di Samudera Hindia, tepatnya pada posisi 14.2 LS dan 107.7 BT, atau sekitar 780 kilometer selatan barat daya dari Cilacap.

Dalam konferensi pers BMKG, Guswanto menyampaikan, kecepatan angin maksimum pada pusat sirkulasi siklon tropis Odette mencapai 45 knot atau sekitar 80 kilometer per jam. Sementara, tekanan udara di pusat sirkulasinya adalah 990 hPa.

"Dalam 24 jam ke depan, diperkirakan Siklon Tropis Odette akan terus bergerak ke arah selatan hingga barat daya menjauhi wilayah Indonesia dengan intensitas yang cenderung melemah," kata Guswanto, Jumat (9/4/2021).

Baca selengkapnya tentang siklon tropis Odette di sini:

BMKG Deteksi Ada Siklon Tropis Odette, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

3. Ilmuwan temukan pewarna biru makanan alami, pertama dalam sejarah

Es krim yang diwarnai menggunakan anthocyanin biru sian.Rebecca Robbins/Mars Wrigley Global Innovation Center Es krim yang diwarnai menggunakan anthocyanin biru sian.

Untuk kali pertama dalam sejarah, para peneliti berhasil menemukan perwarna biru makanan di alam yang dapat diproduksi secara masal.

Dilansir Science Alert, Jumat (9/4/2021), peneliti biofisika Pamela Denish dari UC Davis mengatakan, warna biru sebenarnya cukup langka di alam - kebanyakan sebenarnya berwarna merah atau ungu.

Bila Anda lantas bertanya-tanya, warna biru pada makanan yang saat ini kita temukan kebanyakan menggunakan pewarna buatan yakni FD&C Blue No. 1 alias "brilliant blue" dan FD&C Blue No. 2 alias "indigotine".

Kedua pewarna ini dianggap aman secara umum oleh badan pengawas makanan di seluruh dunia.

Namun, masih banyak yang mengkhawatirkan potensi dampak kesehatannya dan kelangsungan produksinya.

Itulah mengapa komunitas ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba mencari pewarna biru alami yang tidak kalah cemerlang dari pewarna buatan, serta dapat digunakan pada makanan.

Setelah melalui penelitian yang berlangsung hingga satu dekade, peneliti berhasil mengisolasikan pewarna biru alami dari kubis merah.

Bagaimana bisa kubis merah memberi warna biru alami? Baca selengkapnya di sini:

Pertama dalam Sejarah, Ilmuwan Temukan Pewarna Biru Makanan Alami

4. Misteri laba-laba di Mars terungkap

Pola hitam di permukaan planet merah, yang dijuluki sebagai laba-laba Mars.NASA Pola hitam di permukaan planet merah, yang dijuluki sebagai laba-laba Mars.

Para ilmuwan di Inggris bermain dengan sebongkah es kering berukuran besar untuk mencari tahu apa yang ada di balik pola "laba-laba di Mars".

Pola yang terlihat dalam citra satelit itu berada di kutub selatan Planet Merah. Tentu saja, itu bukan laba-laba asli.

Karena bentuknya hitam dan ada cabang-cabang di sekitarnya, para peneliti menjulukinya areneiforms yang artinya seperti laba-laba. Pola ini sudah ditemukan lebih dari dua dekade lalu. Dan sejak saat itu belum ada yang berhasil menjelaskan sebenarnya pola apa itu.

Berukuran hingga 1 kilometer, bentuk raksasa itu tidak menyerupai apa pun yang ada di Bumi.

Namun dalam studi terbaru yang terbit di jurnal Scientific Reports edisi 19 Maret, para ilmuwan berhasil mencipkatan pola laba-laba kecil seperti Mars di laboratorium.

Berikut hasil studi yang ditemukan ahli, baca selengkapnya di sini:

2 Dekade Jadi Misteri, Teka-teki Laba-laba di Mars Terpecahkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com