Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Sarankan Rekayasa Geo Matahari untuk Lawan Perubahan Iklim

Kompas.com - 26/03/2021, 18:30 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com- Para ilmuwan dari National Academy of Science meminta Amerika Serikat untuk melakukan penelitian pengembangan geoengineering solar atau rekayasa geo matahari untuk melawan perubahan iklim.

Studi ini difokuskan untuk mendinginkan atmosfer Bumi, yang kian terdampak perubahan iklim dan pemanasan global.

Namun, para ilmuwan tetap menekankan kehati-hatian dalam penelitian ini, mengingat hal tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang berisiko dan tidak diinginkan, dikutip dari Reuters, Jumat (26/3/2021).

Menurut para ilmuwan, tidak ada kesepakatan internasional yang menetapkan standar untuk studi geoengineering ini.

Baca juga: Matahari Buatan Korea Selatan Pecahkan Rekor Dunia Baru

 

Intervensi skala besar dengan rekayasa geo matahari tersebut dalam upaya melawan perubahan iklim, kata ilmuwan, akan dapat memengaruhi pola curah hujan, produktivitas pertanian dan persediaan makanan di seluruh dunia.

Strategi rekayasa geo matahari yang umum diusulkan yakni penyemprotan aerosol reflektif ke atmosfer.

Cara ini dilakukan untuk meniru bagaimana awan abu, yakni awan yang dihasilkan dari erupsi gunung api, dalam mendinginkan planet setelah letusan gunung berapi besar.

Strategi rekayasa lain termasuk menipiskan awan yang berada di ketinggian sangat tinggi untuk memungkinkan lebih banyak panas keluar, dan mencerahkan awan di atas laut yang berada di ketinggian rendah, sehingga diharapkan dapat memantulkan energi matahari tambahan.

Baca juga: Ilmuwan Berhasil Panen Sinar Matahari di Luar Angkasa

 

Laporan studi ini merekomendasikan penelitian yang dilakukan dengan koordinasi dengan negara lain, dan bersama berupaya melakukan mitigasi iklim lainnya, seperti pengurangan gas rumah kaca.

"Kita berada di tengah krisis iklim. Dampak perubahan iklim semakin meningkat, dan tantangan di depan kita adalah membatasi dampat tersebut," kata Peter Frumhoff, direktur sains dan kebijakan di Union of Concerned Scienctists dan salah satu anggota komite yang terlibat dalam laporan itu.

Laporan ilmuwan tentang rekayasa geo matahari adalah upaya untuk meletakkan dasar untuk keputusan yang lebih terinformasi tentang apakah pendekatan ini harus dianggap sebagai bagian dari seperangkat alat dalam menghadapi perubahan iklim.

Baca juga: Pertama Kalinya, Bintik Matahari Tertangkap Teleskop Setajam Ini

Ilustrasi perubahan iklim. World Meteorological Organization (WMO) mencatat 2020 adalah salah satu tahun terpanas dalam sejarah iklim Bumi.SHUTTERSTOCK/ParabolStudio Ilustrasi perubahan iklim. World Meteorological Organization (WMO) mencatat 2020 adalah salah satu tahun terpanas dalam sejarah iklim Bumi.

"Penting untuk memahami rangkaian lengkap tanggapan terhadap perubahan iklim, mengingat seberapa dekat kita dengan risiko bencana," kata Frumhoff.

Selain itu, Frumhoff juga menekankan upaya utama dalam menghadapi perubahan iklim agar tetap fokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca, yang merupakan akar penyebab perubahan iklim ini.

Rekomendasi ini telah ditindaklanjuti dengan dua penelitian yang berkembang pesat di Amerika Serikat.

Pada Desember 2019, kongres telah memberi National Oceanic and Atmospheric Administration sebesar 4 juta dollar AS, untuk mempelajari teknik geoengineering solar.

Selanjutnya berbagai dukungan material untuk studi geoenginering matahari di Amerika Serikat terus meningkat.

Baca juga: Mengenal Matahari Buatan China yang Akhirnya Menyala, Apa Fungsinya?

 

Pada Juni 2021 ini, para ilmuwan di Harvard berencana menerbangkan balon di atas Swedia dalam eksperimen geoengineering.

Meskipun para peneliti tidak akan melepaskan partikel untuk memblokir energi matahari, namun eksperimen itu akan mengeksplorasi kemungkinan cara untuk melakukannya.

Kendati diharapkan dapat menjadi senjata yang dapat bermanfaat dalam menghadapi perubahan iklim yang makin kritis, namun para ilmuwan juga memperingatkan bahwa metode ini juga dapat membawa risiko.

Mengingat potensi konsekuensi global yang tidak diketahui dapat terjadi, seperti dampak pada suhu dan pola cuaca. Di antara kekhawatiran itu, yakni bagaimana efek sains dapat didistribusikan secara tidak merata ke seluruh dunia.

Baca juga: Ledakan Suar Matahari Terbesar Mencapai Bumi, Apa Dampaknya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com