Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Golongan Darah A Lebih Mungkin Terinfeksi Covid-19

Kompas.com - 04/03/2021, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Studi terbaru menunjukkan, virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 lebih mudah menempel ke sel saluran pernapasan orang yang memiliki golongan darah A, dibanding golongan darah B dan O.

Temuan ini mungkin dapat menjelaskan riset yang menunjukkan selama pandemi pasien Covid-19 dengan golongan darah A lebih banyak dan mengembangkan gejala yang lebih parah dibanding golongan darah lain.

Eksperimen laboratorium mengungkapkan, bagian dari virus corona yang disebut "domain pengikat reseptor" (RBD) yang berfungsi mengikat sel untuk memicu infeksi secara langsung, juga menangkap molekul unik yang terkait golongan darah A.

Menurut penelitian yang terbit di jurnal Blood Advances, 3 Maret 2021, molekul-molekul yang dikenal sebagai antigen ini, muncul di sel-sel yang melapisi saluran pernapasan, termasuk paru-paru.

Baca juga: 4 Varian Baru Virus Corona yang Mengkhawatirkan, Salah Satunya B.1.1.7

Secara teori, antigen mengikat struktur yang dapat membantu virus corona masuk dan menginfeksi sel-sel saluran napas dengan lebih mudah.

"Namun, kami belum tahu pasti, apakah ini benar-benar memengaruhi kemampuan virus masuk ke dalam sel atau apakah virus hanya memengaruhi kemampuannya melekat pada sel," kata penulis studi dr. Sean Stowell, seorang ilmuwan sekaligus dokter pengobatan transfusi dilansir Live Science, Kamis (8/3/2021).

Dengan kata lain, data tersebut memberikah hubungan fisik pertama antara virus corona dengan golongan darah A.

Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan perbedaan perilaku yang memengaruhi infeksi.

Golongan darah dan Covid-19

Sejak awal pandemi, sejumlah riset mengungkap tren golongan darah yang tampaknya paling banyak terinfeksi Covid-19.

"Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara golongan darah dan kecenderungan infeksi SARS-CoV-2," kata dr Torben Barington, ahli imunologi klinis di Rumah Sakit Universitas Odense dan Universitas Denmark Selatan, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Secara khusus, riset menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O memiliki risiko lebih rendah tertular Covid-19, dibandingkan yang bukan golongan darah O.

Beberapa penelitian juga menemukan, orang dengan golongan darah A lebih mungkin mengembangkan gejala parah dan sulit bernapas saat terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

"Ada beberapa hipotesis terkait hubungan ini. Kami belum bisa menyimpulkan dan masih perlu mempelajari mekanisme sebenarnya," kata Barington kepada Live Science.

Tenaga kesehatan menjemur sepatu APD usai dicuci di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/3/2021). Hingga satu tahun berselang, pada 1 Maret 2021, pemerintah mencatat ada 1.341.314 kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak pengumuman kasus pertama. Dari jumlah kasus tersebut, 1.151.915 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh sementara 36.325 orang lainnya meninggal dunia. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Tenaga kesehatan menjemur sepatu APD usai dicuci di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (2/3/2021). Hingga satu tahun berselang, pada 1 Maret 2021, pemerintah mencatat ada 1.341.314 kasus positif COVID-19 di Indonesia sejak pengumuman kasus pertama. Dari jumlah kasus tersebut, 1.151.915 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh sementara 36.325 orang lainnya meninggal dunia. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.

Hipotesis

Studi baru ini mencoba menjelaskan kenapa orang dengan golongan darah A lebih mudah terinfeksi virus corona dibanding golongan darah O.

Stowell mengatakan bahwa dia dan koleganya ingin tahu hubungan antara golongan darah dan Covid-19. Mereka benar-benar mendapat inspirasi untuk studi ini saat mengembangkan tes diagnostik untuk Covid-19.

"Saat membuat tes, kami mulai melihat berbagai bagian virus dan menyadari bahwa domain pengikat reseptor (virus corona SARS-CoV-2) terlihat sangat mirip dengan kelompok protein kuno yang disebut galektin," kata Stowell.

Galektin dapat ditemukan pada semua hewan multiseluler dan terikat pada karbohidrat, atau struktur gula, yang dikenal sebagai glycans.

Pada manusia galektin dapat ditemukan di seluruh tubuh dan berpartisipasi dalam banyak proses, mulai dari perkembangan otot, metabolisme, hingga perilaku sel kekebalan.

"Kami telah mengetahui bahwa galektin sangat suka mengikat antigen golongan darah, protein, dan molekul yang khusus untuk golongan darah berbeda kemudian menempel di permukaan sel," ujarnya.

Antigen golongan darah datang dalam dua jenis, yakni A dan B.

Ada tidaknya antigen ini akan menentukan golongan darah seseorang, yakni A, B, AB, dan O. Golongan darah AB memiliki antigen A dan B, sementara golongan darah O tidak memiliki keduanya.

Antigen tidak hanya ditemukan pada sel darah dalam tubuh, tetapi juga pada jaringan lain, termasuk lapisan paru-paru.

"Mengingat kemiripan molekuler antara RBD virus corona dan galektin, kami berpikir, 'Yah, mungkin virus secara langsung mengikat antigen golongan darah,'" kata Stowell.

Jika itu masalahnya, antigen golongan darah entah bagaimana dapat mempengaruhi kemungkinan infeksi.

Misalnya, beberapa virus berkembang biak di sel dengan terlebih dahulu menangkap glikan di permukaannya. Virus kemudian melepaskan glikan ini untuk menyelinap melalui pintu masuk terdekat ke dalam sel, memicu infeksi.

Ini tertuang dalam laporan yang terbit di jurnal Current Opinion in Structural Biology tahun 2016.

Para penulis berpikir, hal serupa berpotensi terjadi dengan antigen golongan darah dan virus corona SARS-CoV-2. Dengan hipotesis ini, tim menuju ke laboratorium untuk menjalankan eksperimen.

Penelitian laboratorium

Tim menganalisis bagaimana RBD berinteraksi dengan sel darah merah yang diisolasi dari individu bergolongan darah A, B dan O.

Ahli juga menjalankan eksperimen dengan antigen golongan darah sintetis, berdasarkan antigen yang ditemukan pada sel darah merah dan pernapasan dari golongan darah A, B, dan O.

Ini memungkinkan tim untuk membandingkan bagaimana RBD mengikat antigen golongan darah pada sel darah dan saluran pernapasan.

"Aroma antigen golongan darah yang diekspresikan pada permukaan sel darah merah sedikit berbeda dengan aroma yang melapisi paru-paru kita," kata Stowell.

Ilustrasi sel darahShutterstock Ilustrasi sel darah

Secara khusus, karena struktur molekulnya berbeda, antigen mengikat sel pernapasan sedikit berbeda dengan sel darah.

Menariknya, perbedaan tipis ini diyakini ahli penting bagi RBD virus corona.

Berdasarkan percobaan, RBD tidak langsung mengikat antigen sel darah merah mana pun dan tidak menunjukkan preferensi antara golongan darah.

Sebaliknya, RBD menunjukkan preferensi yang tinggi untuk antigen golongan darah A yang ditemukan pada sel pernapasan.

"Sekarang, apakah itu berarti virus lebih mungkin menginfeksi golongan darah A, saya katakan, kami tidak tahu," kata Stowell.

Mengingat bahwa data ini diambil dari eksperimen laboratorium, hasilnya mungkin tidak secara sempurna mencerminkan apa yang terjadi dalam tubuh manusia, kata Fumiichiro Yamamoto, ahli imunohematologi di Josep Carreras Leukemia Research Institute di Barcelona, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

"Pengikatan mungkin atau mungkin tidak mencerminkan situasi sebenarnya di permukaan sel, terutama karena kepadatan antigen di permukaan sel mungkin berbeda dari skenario yang diuji dalam eksperimen laboratorium," kata Yamamoto kepada Live Science

Selain itu, di dalam tubuh, zat lain bersaing untuk mengikat antigen golongan darah yang sama, jadi tidak jelas berapa banyak partikel virus corona yang akhirnya akan menempel, tambahnya.

Terlebih lagi, antigen tipe A yang ditemukan di permukaan sel saluran napas juga bisa disekresikan di tempat lain di tubuh, seperti di air liur.

Baca juga: 2,2 Juta Kematian Covid-19 Terjadi Negara yang Warganya Kegemukan

Itu berarti virus berpotensi mengikat antigen yang mengambang bebas, juga mengurangi jumlah partikel virus yang mencapai sel pernapasan.

Selain antigen unik, golongan darah yang berbeda juga membawa antibodi golongan darah tertentu, molekul yang membantu sistem kekebalan menghilangkan penyerang asing.

"Antibodi ini secara khusus lazim pada individu bergolongan darah O dan telah diusulkan untuk menetralkan virus pada permukaan mukosa kita," kata Barington.

"Mungkin antigen dan antibodi golongan darah memengaruhi kemungkinan infeksi Covid-19, dan kontribusi masing-masing perlu dipilah," katanya.

Menurut Stowell, studi ini adalah langkah awal yang penting. Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan apakah virus yang sebenarnya mampu menginfeksi sel, dipengaruhi oleh antigen golongan darah atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com