"Nah, kalau yang Vaksin Nusantara pada 30 orang ini seperti apa. Kalau muncul (antibodi) dalam berapa lama dan jumlahnya berapa banyak," ucapnya kritis.
Selain data, Ahmad menuturkan bahwa usia relawan juga harus jelas.
"Karena kita tahu, untuk menumbuhkan sel pada manusia juga sangat bergantung pada usia. Bagi yang berusia muda, jauh lebih muda sel ditumbuhkan dibanding sel dari lansia," jelasnya.
Dari pengalaman, para ilmuwan cenderung tidak menyukai untuk mengkultur sel dari lansia karena susah.
"Jadi dia (sel) enggak seaktif seperti sel yang masih muda."
Dari variabel-variabel tersebut, kemudian menimbulkan pertanyaan baru. Ditanyakan Ahmad, siapa sih yang mengizinkan uji klinis seperti ini?
Padahal di masa pandemi, yang dibutuhkan adalah vaksinasi yang simpel. Bukan vaksin berbasis sel dendritik yang sangat ribet.
Vaksin Nusantara yang diprakarsai Terawan dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, kemudian memasukkannya lagi.