Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Perubahan Iklim Berperan dalam Pandemi Covid-19, Kok Bisa?

Kompas.com - 09/02/2021, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Forbes

 

Virus itu kemungkinan besar telah berpindah dari kelelawar ke hewan-hewan lain seperti trenggiling, yang kemudian dijual di pasar satwa liar di Wuhan, China - tempat wabah pertama kali terjadi pada manusia.

Dalam penelitiannya, para peneliti membuat peta vegetasi dunia seabad yang lalu, menggunakan catatan suhu, curah hujan, dan tutupan awan.

Kemudian mereka menggunakan informasi tentang kebutuhan vegetasi spesies kelelawar dunia untuk menentukan distribusi global setiap spesies pada awal 1900-an.

Mereka membandingkannya dengan distribusi saat ini memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana kekayaan spesies kelelawar, jumlah spesies yang berbeda, telah berubah di seluruh dunia selama seabad terakhir karena perubahan iklim.

Selain Asia Tenggara, jumlah spesies kelelawar juga meningkat di wilayah sekitar Afrika Tengah, dan bercak-bercak di Amerika Tengah dan Selatan.

Baca juga: Kelelawar Membawa Banyak Virus Corona, Mengapa Tidak Ikut Sakit?

"Karena perubahan iklim mengubah habitat, spesies (kelelawar) meninggalkan beberapa daerah dan pindah ke daerah lain, yang juga membawa virus mereka," kata Robert Beyer, seorang peneliti di Departemen Zoologi Universitas Cambridge dan penulis pertama studi tersebut.

"Ini tidak hanya mengubah daerah di mana virus ada, tetapi kemungkinan besar memungkinkan interaksi baru antara hewan dan virus, menyebabkan virus yang lebih berbahaya ditularkan atau berevolusi."

Saat manusia mendorong habitat alami terakhir yang tersisa melalui proses seperti penggundulan hutan, yang juga mendorong perubahan iklim, kemungkinan besar kita menemukan hewan dan virusnya.

"Fakta bahwa perubahan iklim dapat mempercepat penularan patogen satwa liar ke manusia harus menjadi seruan segera untuk mengurangi emisi global," tambah Profesor Camilo Mora dari Universitas Hawai'i di Manoa, salah satu penulis yang memprakarsai penelitian tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com