Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Vaksin yang Akan Disetujui WHO, dari AstraZeneca hingga Sinovac

Kompas.com - 27/01/2021, 13:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters,WHO,CNA

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana menyetujui sejumlah vaksin untuk diberikan ke negara miskin dalam hitungan minggu sampai bulan mendatang.

Melansir CNA, Kamis (21/1/2021), langkah WHO ini bertujuan agar negara-negara miskin segera mendapatkan vaksin.

Hal ini mengingat banyak negara miskin dengan pendapatan kecil kesulitan dalam memberikan vaksin Covid-19. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi hingga sumber daya yang dimiliki negara miskin.

Seperti diketahui, Covax - skema global pendistribusian vaksin yang dipimpin WHO - berkeinginan mengirimkan setidaknya 2 miliar dosis vaksin Covid-19 di seluruh dunia tahun ini, dengan setidaknya sebanyak 1,3 miliar dikirimkan ke negara-negara miskin.

Persetujuan peraturan terkait vaksin menjadi kunci untuk memastikan keefektifan dan keamanan vaksin.

Baca juga: Jokowi Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis 2, Kapan Antibodi Terbentuk?

Berikut daftar vaksin Covid-19 yang segera mendapat izin darurat WHO.

1. Vaksin AstraZeneca-Oxford

Dokumen Covax memaparkan, vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan diproduksi Serum Institute of India dapat disahkan WHO pada Januari atau Februari.

Vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford memiliki tingkat efikasi 70 oersen.

"Vaksin Covid-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan diproduksi Serum Institute of India (SII) dapat disahkan WHO pada Januari atau Februari," menurut dokumen Covax seperti dilansir Reuters, Jumat (22/1/2021).

Diberitakan sebelumnya, vaksin AstraZeneca-Oxford dibuat didasarkan pada adenovirus simpanse, yang dimodifikasi untuk menghasilkan protein di dalam sel manusia yang juga diproduksi oleh Covid-19.

Artinya, vaksin vektor virus dibuat dari versi yang dilemahkan dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse.

Virus flu simpanse telah diubah secara genetik untuk memasukkan urutan genetik dari apa yang disebut protein spike yang digunakan virus corona untuk masuk ke sel manusia.

Dilansir Reuters (31/12/2020), vaksin virus corona AstraZeneca-Oxford disebut manjur dalam mencegah infeksi Covid-19 bergejala dengan tingkat efektivitas sebesar 70,4 persen.

Angka ini diperoleh dari 5.807 orang yang mendapat vaksin dua dosis setelah 30 hari, dibandingkan dengan 101 dari 5.829 orang yang mendapat plasebo.

 

2. Vaksin yang diproduksi SK Bioscience, Korea Selatan

Vaksin yang diproduksi di Korea Selatan di SK Bioscience, berdasarkan kalender sementara yang diterbitkan WHO, dapat disetujui Badan PBB pada paruh kedua Februari.

3. Vaksin Pfizer-BioNTech

Setelah melalui pemeriksaan independen, badan pengawas obat-obatan Australia meloloskan vaksin buatan Pfizer-BioNtech untuk penggunaan darurat mulai akhir Februari 2021.AP/MIKE MORONES via ABC INDONESIA Setelah melalui pemeriksaan independen, badan pengawas obat-obatan Australia meloloskan vaksin buatan Pfizer-BioNtech untuk penggunaan darurat mulai akhir Februari 2021.

WHO telah mengesahkan vaksin yang dikembangkan Pfizer BioNTech pada akhir Desember lalu. Covax awalnya tidak memasukkan suntikan Pfizer-BioNTech dalam daftar pilihannya untuk pembelian vaksin di awal.

Vaksin Pfizer-BioNTech memiliki tingkat efikasi 95 persen setelah mendapat dua suntikan.

Vaksin Pfizer-BioNTech harus disimpan dalam pendingin dengan suhu minus 70 derajat Celsius.

Pfizer dan BioNTech memakai teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-Cov-2 yang disebut messenger RNA atau disingkat mRNA. Sejauh ini belum ada vaksin berbasis teknologi ini yang diberi izin resmi.

 

4. Vaksin Moderna

Ilustrasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan Moderna berbasis teknologi genetik yang disebut mRNA (messenger RNA). SHUTTERSTOCK/Nixx Photography Ilustrasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan Moderna berbasis teknologi genetik yang disebut mRNA (messenger RNA).

Untuk vaksin Moderna, kalender persetujuan sementara menunjukkan persetujuan WHO bagi vaksin yang didasarkan pada teknologi mRNA, diberikan pada akhir Februari.

Vaksin Moderna harus disimpan pada suhu minus 20 derajat Celsius.

Produsen obat AS Moderna Inc menyatakan vaksinnya 94,5 persen efektif, menurut data awal dari studi perusahaan yang masih berlangsung.

Uji coba vaksin ini melibatkan 30.000 orang di AS.

Setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan. Sisanya mendapat suntikan placebo.

Sama seperti Pfizer, vaksin Moderna juga mengandalkan messenger RNA, atau mRNA, molekul genetik yang dibaca oleh mesin sel untuk membangun protein di dalam sel.

Pada vaksin Moderna, mRNA berisi instruksi untuk membangun protein spike virus corona, bagian yang membantu virus memasuki sel manusia.

Vaksin menginduksi sel manusia untuk membuat protein spike, dan sistem kekebalan kemudian membuat antibodi untuk menempel pada protein spike.

Antibodi yang distimulasi vaksin tersebut, bertugas untuk mencegah virus asli menginfeksi sel sehat pada tubuh di masa mendatang.

Baca juga: Moderna Akan Produksi Vaksin Baru untuk Lawan Varian Corona Afrika Selatan

5. Vaksin Johnson & Johnson

Vaksin Johnson & Jonhson, yang mempunyai perjanjian tidak mengikat untuk memasok Covax dengan 500 juta dosis selama jangka waktu yang tidak ditentukan, diharapkan mendapatkan persetujuan WHO paling cepat pada Mei atau Juni.

Sejauh ini, Johnson & Johnson belum mempublikasikan hasil uji klinis fase III dari vaksinnya.

Namun UE telah menyampaikan pihaknya mengharapkan perusahaan untuk mengajukan persetujuan paling cepat Februari.

6. Vaksin Covid-19 buatan China, Sinopharm dan SinoVac

Presiden Joko Widodo (kiri) disuntik dosis kedua vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Penyuntikan dosis kedua vaksin COVID-19 ke Presiden Joko Widodo tersebut sebagai lanjutan vaksinasi COVID-19 tahap pertama 13 Januari 2021 . ANTARA FOTO/HO/Setpres-Lukas/wpa/hp.ANTARA FOTO/LUKAS Presiden Joko Widodo (kiri) disuntik dosis kedua vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Penyuntikan dosis kedua vaksin COVID-19 ke Presiden Joko Widodo tersebut sebagai lanjutan vaksinasi COVID-19 tahap pertama 13 Januari 2021 . ANTARA FOTO/HO/Setpres-Lukas/wpa/hp.

WHO juga tengah mempertimbangkan kemungkinan persetujuan cepat untuk dua vaksin China, Sinopharm dan Sinovac.

Keduanya telah mengajukan ke WHO, dan tengah dilakukan peninjauan, dengan keputusan paling cepat pada Maret.

Sinopharm mengajukan permohonan untuk dua vaksin Covid-19, tapi kemungkinan persetujuan pada Maret hanya menyangkut yang dikembangkan oleh afiliasinya yang berbasis di Beijing, Institut Produk Biologi Beijing (BIBP), yang telah banyak digunakan untuk inokulasi di China.

Sementara SinoVac belum merilis hasil uji coba fase III secara global, tapi vaksinnya telah disetujui untuk penggunaan darurat di negara-negara termasuk Brasil, Indonesia dan Turki.

Baca juga: Jokowi Divaksin, Berikut 5 Fakta Vaksin Covid-19 Sinovac

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com