Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Pertanyaan Penting Terkait Vaksin Covid-19, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 20/01/2021, 17:36 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber NPR


KOMPAS.com - Setelah melalui berbagai proses, vaksin Covid-19 mulai diluncurkan, sebagai salah satu upaya untuk menekan penyebaran SARS-CoV-2 atau virus corona.

Meski demikian, masih banyak pertanyaan yang muncul di kalangan masyarakat terkait vaksin Covid-19. Salah satunya, apakah seseorang yang telah divaksinasi Covid-19 masih dapat menularkan virus corona?

Menurut para ahli, jawaban dari beberapa pertanyaan tergantung pada sistem kekebalan masing-masing orang.

Baca juga: Suntik Vaksin Covid-19, Seperti Ini Cara Kerja Vaksin Dalam Tubuh

Melansir NPR, berikut tiga pertanyaan penting yang sering muncul terkait vaksin Covid-19.

1. Apakah orang yang divaksinasi Covid-19 masih bisa menularkan virus corona?

Marion Pepper, ahli imunologi di Universitas Washington, mengatakan itu bukan hanya pertanyaan untuk vaksin ini, tetapi untuk vaksin secara umum.

"Saya pikir sulit untuk mengatakannya, karena kami masih terus-menerus dibombardir oleh patogen virus corona yang berbeda dan kami tidak tahu kapan sistem kekebalan Anda merespons," katanya.

Setelah menerima vaksin Covid-19, jika seseorang terinfeksi virus corona kemungkinan tidak akan menimbulkan gejala parah, bahkan mungkin tanpa gejala. Namun, daam kondisi ini tetap bisa menularkan virus corona pada orang lain.

“Ketika seseorang terinfeksi - atau diinokulasi dengan vaksin - sistem kekebalan bersiap untuk menghasilkan antibodi yang secara khusus menargetkan virus. Seiring waktu, antibodi tersebut secara alami berkurang,” jelas Pepper.

Tetapi sistem kekebalan masih menyimpan ingatan akan virus itu, dan jika virus itu muncul lagi, sel-sel mulai bekerja dan mulai menyiapkan kumpulan antibodi baru. Namun, proses itu bisa memakan waktu tiga hingga lima hari.

Baca juga: Apakah Hidup Berubah Setelah Vaksin Covid-19 Tersedia?

Sementara itu, virus berpotensi mulai berkembang biak di dalam tubuh.

"Ini sedikit perlombaan antara sistem kekebalan dan virus," kata Dr. Michel Nussenzweig, peneliti Institut Medis Howard Hughes di Universitas Rockefeller.

Jika respons sistem kekebalan bekerja dengan cepat, maka hanya sedikit virus yang akan diproduksi.

“Kemampuan Anda untuk menyebarkan penyakit, sebenarnya adalah fungsi dari seberapa banyak virus yang Anda produksi," kata Nussenzweig.

Tampaknya sistem kekebalan seseorang akan memenangkan ‘pertandingan’ itu, tetapi para ilmuwan belum memiliki data untuk mengatakannya dengan yakin.

Itulah mengapa orang yang telah divaksinasi tetap harus memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, serta melakukan tindakan pencegahan lain - sampai pandemi Covid-19 benar-benar teratasi.

Selain itu, Nussenszweig mengungkap, paru-paru dan saluran hidung berisi populasi yang disebut sel T, yang disiapkan untuk mengidentifikasi sel yang telah terinfeksi virus.

“Jenis sel T ini jauh lebih sulit untuk dipelajari, karena tetap berada di dalam jaringan, sehingga para ilmuwan yang mempelajari sampel darah tidak akan melihatnya,” katanya.

Karena sel T ini siap bereaksi dengan segera, mereka mungkin juga membantu menjembatani jarak antara waktu Anda terinfeksi dan waktu sistem kekebalan Anda dapat meningkatkan respons penuh dengan antibodi.

Sementara itu, Stephen Jameson, ahli imunologi di Sekolah Kedokteran Universitas Minnesota mengatakan, pada influenza, sel T yang tertanam di jaringan dapat memiliki efek dramatis dalam membatasi infeksi.

"Tetapi, apakah mereka memiliki kinerja yang sama pada Covid-19, kami belum cukup tahu," katanya.

Baca juga: Usai Vaksin Raffi Ahmad Kumpul Tanpa Masker, Ahli: Itu Namanya Selfish

 

Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.
2. Apakah vaksin Covid-19 akan tetap efektif saat virus corona terus berkembang?

“Pertanyaan ini sulit dijawab. Para ilmuwan sejauh ini tidak terlalu peduli tentang jenis virus yang saat ini menyebar secara global, karena vaksin tampaknya masih akan bekerja melawan virus. Tetapi masalahnya virus akan terus berubah, dengan konsekuensi yang tidak pasti,” jelas Pepper.

"Meskipun semua orang jelas prihatin tentang virus yang berkembang, daya tanggap sel B memori Anda juga akan berkembang seiring waktu," lanjutnya.

Sel B memori adalah komponen penting dari sistem kekebalan, karena mereka mengingat infeksi.

Ini mengintai di sumsum tulang Anda dan siap untuk berubah menjadi sel penghasil antibodi jika virus yang mereka "ingat" muncul kembali di tubuh Anda.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Covid Pfizer Efektif Lawan Mutasi Virus Corona Baru

Tetapi, sel B tidak hanya mengingat satu antibodi spesifik yang telah bekerja melawan virus di masa lalu. Mereka juga dapat secara acak menghasilkan antibodi baru yang serupa dan yang mungkin lebih efektif melawan jenis virus yang belum pernah dilihat tubuh Anda.

"Ini merupakan saat satu-satunya di dalam tubuh, di mana sel dewasa sengaja memasukkan mutasi ke dalam DNA," kata Pepper.

“Tapi ajaibnya sistem ini, ia memiliki batasan. Virus yang mengalami perubahan signifikan dari satu tahun ke tahun berikutnya, seperti flu, dapat mengakali sistem ini,” lanjutnya.

Itulah mengapa Anda membutuhkan vaksinasi flu baru setiap tahun. Virus corona yang menyebabkan Covid-19 bermutasi jauh lebih lambat daripada flu, tetapi belum jelas apakah sel B memori akan cukup beradaptasi untuk menjaga virus secara permanen.

Baca juga: Varian Baru Corona dan Senjata Vaksin Kita, Jangan Sampai Malapetaka Datang

Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19.DPA/ILIYA PITALEV via DW INDONESIA Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19.

3. Berapa lama perlindungan vaksin akan bertahan?

Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan Anda dapat memiliki memori yang sangat lama.

"Beberapa infeksi alami dapat memberi Anda kekebalan seumur hidup. Kamu hanya mendapatkan vaksinnya sekali, dan kamu dilindungi selama sisa hidupmu," kata Jameson.

Vaksin meniru infeksi alami untuk memicu respons kekebalan. Tetapi, vaksin mungkin membutuhkan dorongan untuk menjaga kekebalan itu tetap kuat.

Sel B memori yang menargetkan virus corona yang menyebabkan Covid-19 mungkin tidak memiliki daya tahan sel yang melindungi kita dari campak, misalnya.

Sejauh ini, para ilmuwan telah mengamati bahwa sel B memori ini telah bertahan selama berbulan-bulan setelah kasus Covid-19, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah mereka pada akhirnya akan memudar.

Baca juga: Jokowi Divaksin, Berikut 5 Fakta Vaksin Covid-19 Sinovac

"Hal baiknya adalah akan ada peluang jika ternyata ada penurunan respons imun, lalu, seperti banyak vaksin lainnya, bisa jadi Anda mendapatkan penguat lagi setelah satu tahun atau beberapa tahun," jelas Jameson.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencerminkan seberapa banyak ilmuwan telah mempelajari tentang sistem kekebalan kita dalam beberapa tahun terakhir.

Pandemi Covid-19 juga menjelaskan apa yang masih belum kita ketahui, tentang bagaimana sistem kekebalan melindungi kita dari virus menular.

"Sangat menarik untuk menyaksikan ini terungkap dalam waktu nyata, karena kami belajar banyak tentang virus corona dan respons sistem kekebalan terhadapnya dengan cara yang belum pernah kami lakukan sebelumnya," tutup Pepper.

Baca juga: 9 Syarat Penerima Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com