Walau dekat dengan sebuah kota besar, tidak ada jalanan menuju lembah ini. Komunitas kecil yang terdiri dari petani Bugis lokal di sana tinggal terpencil, walau mutu (dan kerasnya) arak nira (ballo) buatan mereka sangat dikenal.
Menurut mereka, belum pernah ada orang Barat yang menginjakkan kaki di lembah mereka sebelumnya.
Lembah rahasia ini adalah lingkungan yang asri dan memiliki keindahan alami luar biasa. Hampir tidak ada sampah di desa kecil yang berada di tengah lembah itu.
Berada di sana seperti berada pada masa lalu.
Lembah ini memiliki gua batu kapur bernama Leang Tedongnge dan di dalamnya kami menemukan sebuah lukisan batu; orang-orang lokal mengatakan mereka tidak pernah menyadari ada lukisan itu di sana.
Lukisan itu dibuat menggunakan pigmen mineral merah (hematit dari batuan sedimen ironstone, atau oker). Lukisan itu menggambarkan setidaknya tiga babi berkutil sulawesi dalam sebuah interaksi sosial.
Kami menginterpretasikan bahwa elemen-elemen yang masih bertahan dari karya seni ini adalah sebuah komposisi cerita atau adegan. Pada masa kini, ini adalah sebuah cara umum yang kita gunakan untuk bercerita menggunakan gambar; tapi cara ini tidak umum dalam karya seni gua awal.
Mengukur usia karya seni batu sangat susah. Tapi di Leang Tedongnge kami beruntung dapat mengindentifikasi sedimen kalsit (juga dikenal sebagai “cave popcorn” yang terbentuk di atas salah satu gambar babi (babi 1).
Kami mengambil sampel kalsit ini dan melakukan analisis serial uranium. Yang mengejutkan, hasil analisis menunjukkan usia 45.500 tahun untuk kalsit, ini artinya usia lukisan tempat kalsit ini terbentuk minimal berusia sama.
Temuan kami menggarisbawahi pentingnya Sulawesi, dan wilayah Indonesia, di panggung dunia, untuk kita memahami di mana dan kapan tradisi seni gua pertama oleh spesies kita pertama berkembang.
Usia karya seni yang sangat tua ini juga menawarkan petunjuk akan kemungkinan adanya temuan-temuan penting lain di wilayah ini.
Sulawesi adalah pulau terbesar di Wallacea, sebuah zona kepulauan yang terletak antara dataran Asia dan lempeng landas kontinen Australia-Guinea Baru.
Manusia modern diperkirakan telah melintasi Wallacea setidaknya 65 ribu tahun lalu untuk tiba di Australia.
Tapi kepulauan Wallacea sedikit sekali dieksplorasi dan hingga kini bukti-bukti arkeologis paling awal yang digali di wilayah ini berusia jauh lebih muda.