Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kotak Hitam Penemuan Penting Ungkap Misteri Jatuhnya Pesawat

Kompas.com - 11/01/2021, 17:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com- Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak menjadi duka Indonesia di awal tahun 2021.

Hari kedua pencarian pesawat yang pertama kali hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) itu, akhirnya tim pencarian menemukan kotak hitam dari pesawat nahas tersebut.

Kotak hitam atau black box adalah salah satu penemuan yang mengubah dunia dan sangat penting bagi dunia penerbangan. Kelahiran teknologi ini berangkat dari banyaknya tragedi jatuhnya pesawat sekitar tahun 1950-an.

Seperti dikutip dari Wired, Senin (11/1/2021), di tahun tersebut banyak kecelakaan besar pesawat de Havilland Comet yang penyebabnya tidak terpecahkan.

Baca juga: 7 Fakta Black Box, Komponen Penting Pesawat yang Jarang Orang Ketahui

 

Hingga, akhirnya seorang peneliti Australia, David Warren menemukan perangkat penting yang berguna untuk merekam suara dan instrumen kokpit selama penerbangan.

Selama paruh pertama sejarah penerbangan, kecelakaan yang terjadi jarang sekali menguak penyebab sebenarnya.

Bahkan, jika ada seorang saksi mata melihat sebuah pesawat jatuh, hanya sedikit penyebab yang bisa diketahui.

Pada awal tahun 1950-an, pesawat bertenaga jet pertama di dunia, de Havilland Comet, jatuh beberapa kali.

Baca juga: 4 Fakta Dinamika Atmosfer Sebelum Pesawat Sriwijaya SJ182 Jatuh

 

Warren meyakini, bahwa suara pilot dapat direkam, serta pembacaan instrumen, dari informasi tersebut dapat membantu menentukan penyebab kecelakaan.

Perangkat itu kemudian disebut dengan Flight Memory Unit.

Prototipe pertama diproduksi pada tahun 1957. Versi awal dari perangkat ini dapat merekam suara dan data instrumen hingga empat jam pada lembar baja.

Warren meyakini bahwa perangkat itu akan populer dan membantu memecahkan misteri di balik kecelakaan pesawat.

Baca juga: Mengenal Black Box, Komponen Pesawat yang Jadi Kunci Informasi Jatuhnya Sriwijaya Air

Ilustrasi kotak hitam atau black box (flight data recorder) perangkat perekam data penerbangan. Penemuan teknologi ini membantu dunia penerbangan dalam mengungkap misteri penyebab jatuhnya pesawat.WIKIMEDIA COMMONS/NATIONAL TRANSPORTATION SAFETY BOARD Ilustrasi kotak hitam atau black box (flight data recorder) perangkat perekam data penerbangan. Penemuan teknologi ini membantu dunia penerbangan dalam mengungkap misteri penyebab jatuhnya pesawat.

Akan tetapi, sayangnya perangkat itu awalnya ditolak oleh komunitas penerbangan Australia karena masalah privasi.

Hingga pada akhirnya, pejabat Inggris menerima gagasan perekam data penerbangan dan Warren mulai memproduksi Flight Data Recorder (FDR) yang dikemas pada tempat yang tahan benturan dan api.

Selanjutnya, perangkat ini dijual ke seluruh maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Setelah kecelakaan pesawat jatuh pada tahun 1960 di Queensland, di mana penyebabnya tidak dapat ditentukan, pemerintah Australia mewajibkan semua pesawat komersil membawa alat perekam.

Negara itu kemudian menjadi yang pertama yang mewajibkan penggunaan alat perekam data penerbangan tersebut.

Baca juga: Mengenal Critical Eleven, Dua Waktu Kritis dalam Penerbangan Pesawat

 

Kenapa black box berwarna orange?

Perekam penerbangan atau black box (kotak hitam) terdiri dari dua perangkat fungsional, yakni perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR), meski terkadang kedua perangkat ini dikemas bersama dalam unit gabungan.

Dikutip dari Britannica, FDR mencatat banyak variabel, yang tidak hanya terkait kondisi dasar pesawat, seperti kecepatan udara, ketinggian, heading, akselerasi vertikal dan pitch.

Akan tetapi, FDR juga membaca ratusan instrumen individu dan kondisi lingkungan internal. Sedangkan CVR, merekam komunikasi verbal antara anggota kru di dalam kokpit pesawat, serta transmisi suara melalui radio.

Baca juga: Misteri Segitiga Bermuda, Apa Itu dan Benarkah Berbahaya bagi Pesawat?

Anggota Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh KNKT sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Anggota Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memeriksa bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh KNKT sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut.

Biasanya, kotak hitam diletakkan di bagian ekor pesawat, yang biasanya merupakan struktur yang terkena dampak paling kecil saat terjadi kecelakaan.

Lantas, mengapa alat perekam penerbangan itu disebut black box atau kotak hitam?

Media rekam untuk Unit Memory Penerbangan ARL Warren adalah jenis kabel baja yang kemudian digunakan sebagai perekam audio magnetik.

Setelah perangkat tersebut didemonstrasikan di Inggris tahun 1958, seorang jurnalis menjuluki perangkat itu sebagai black box atau kotak hitam.

Baca juga: Boeing Selesaikan Inti Roket SLS untuk Pesawat Antariksa NASA

 

Selanjutnya, nama kotak hitam menjadi sebutan umum untuk semua perekam penerbangan hingga saat ini.

Kendati disebut black box atau kotak hitam, perangkat ini dicat dengan warna merah terang yang mencolok, dikenal sebagai warna orange internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, reproduksi digital penerbangan menggunakan data FDR sangat berharga dalam menganalisis masalah yang menyebabkan kecelakaan pesawat jatuh dan respons pilot.

Ditemukannya black box atau kotak hitam Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitar Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu itu juga diharapkan dapat segera mengungkapkan penyebab kecelakaan tersebut.

Baca juga: Berbahaya, Hindari Tidur Saat Pesawat Lepas Landas dan Mendarat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com