Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Pelajaran dari Meteorit Kolang yang "Hilang"

Kompas.com - 23/11/2020, 18:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sudibyo, 2020 Rekonstruksi orbit asal meteorit Kolang berdasarkan data yang ada sejauh ini.

Meteorit Kolang semula merupakan meteoroid yang melaju secepat 16 km/detik hingga 18,5 km/detik tepat saat memasuki pucuk lapisan udara Bumi di ketinggian 120 km. Kecepatan tersebut tergolong rendah dalam rentang kecepatan meteoroid–meteoroid yang mengarah ke Bumi, sekaligus menegaskan identitasnya sebagai meteoroid dari kepingan asteroid.

Rekonstruksi orbit mengindikasikan meteoroid Kolang semula beredar mengelilingi Matahari dalam kelompok asteroid–dekat Bumi kelas Apollo, sehingga orbitnya merentang di antara orbit Bumi hingga melampaui orbit Mars atau bahkan menjangkau kawasan Sabuk Asteroid Utama.

Orbit meteoroid Kolang membentuk inklinasi 0,3º hingga 1º terhadap ekliptika dengan periode revolusi antara 1,47 hingga 3,9 tahun. Identifikasinya sebagai meteorit karbonan kondritik di kemudian hari membuat kita bisa mempertajam prakiraan orbitnya, yakni pada periode revolusi 3,9 tahun (perihelion 0,973 satuan astronomi dan aphelion 4,01 satuan astronomi).

Tentu saja angka–angka ini hanya perkiraan sangat kasar. Mengingat rekonstruksi orbit meteoroid membutuhkan minimal dua rekaman video ketampakan meteornya yang lantas ditriangulasi. Namun setidaknya memberikan gambaran betapa tamu dari langit ini sebenarnya berasal dari kawasan yang tak jauh.

Karena massa meteorit Kolang sebesar 2,5 kg, maka massa meteoroidnya diperkirakan 2,5 ton berdasarkan rule–of–thumb satu perseribu. Diameter meteoroidnya diprakirakan 1,4 meter.

Saat memasuki atmosfer Bumi, meteoroid berpijar terang hingga mencapai magnitudo –8,5. Tingkat terang itu jauh lebih tinggi ketimbang Venus namun masih lebih redup dibandingkan Bulan purnama. Pada tingkat terang tersebut, meteor Kolang dapat dilihat mata meski muncul di siang hari, dengan syarat pengamat betul–betul memusatkan pandangannya ke langit dan langit dalam kondisi sempurna.

Rekonstruksi juga mengindikasikan meteor Kolang mulai terpecah–belah pada ketinggian sekitar 70 kilometer di atas paras Bumi. Pemecahbelahan terus berlangsung kian jauhnya meteor masuk menembus lapisan–lapisan udara Bumi.

Pada ketinggian sekitar 55 kilometer, brutalnya proses pemecahbelahan mencapai puncaknya sehingga terjadi pelepasan energi yang menyerupai ledakan di udara (airburst). Energi airburst sekitar 0,1 kiloton TNT, tergolong kecil.

Dengan energi sekecil itu, dampak gelombang kejut dan sinar panasnya sama sekali tak menyentuh desa Sitahan Nauli tepat di bawahnya, kecuali gelegar suara dentuman yang merupakan gelombang akustik.

Meteorit dengan asam amino

Keping–keping meteor Kolang yang selamat dari peristiwa airburst melanjutkan perjalanannya hingga mencapai paras Bumi. Saat menyentuh tanah, kecepatannya diperkirakan tinggal antara 100 hingga 150 km/jam. Jauh lebih lambat dibanding peluru.

Meteorit yang berasal dari meteoroid kecil (massa di bawah 7 ton) selalu menumbuk tanah dengan kecepatan paling lambat akibat besarnya gaya gesek udara, sehingga kecepatan akhirnya sepenuhnya gerak jatuh bebas.

Meteorit Kolang merupakan meteorit karbonan kondritik, terbentuk dari kondrul (butir–butir) yang menggumpal jadi satu lewat proses breksiasi. Kondrul itu merupakan sisa–sisa planetisimal dari masa pembentukan tata surya kita. Maka usianya sudah cukup tua, rata–rata 4,5 milyar tahun.

Meteorit ini mengandung cukup banyak unsur Karbon yang bukan Karbon bebas. Hanya 4,6 % dari seluruh meteorit yang telah ditemukan yang tergolong meteorit karbonan kondritik. Jadi meteorit Kolang tergolong cukup langka.

Sebagai meteorit karbonan kondritik, meteorit Kolang tergolong ke dalam grup CM dengan ciri khas kandungan unsur Karbon 0,6 hingga 2,8 % dan kandungan air 4 hingga 18 %. Karbon tersebut terikat pada senyawa–senyawa karbon kompleks seperti hidrokarbon, senyawa aromatik, glukosa (gugus alkohol dan amida), gugus amina dan asam–asam amino. Sementara air terikat pada mineral–mineral tertentu sebagai air–kristal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com