Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2020, 07:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Sebuah pulau di China bernama pulau Hainan menjadi rumah satu-satunya bagi primata paling langka di dunia, Gibbon Hainan (Nomascus hainanus).

Sayang, jumlahnya primata ini kian hari makin menyusut. Hal tersebut diperparah lagi dengan dua ancaman besar yang harus dihadapi mereka, yakni perburuan serta fragmentasi hutan.

Fragmentasi atau terpecahnya area hutan menjadi lebih kecil ini terjadi akibat campur tangan manusia dan tanah longsor. Sebagai imbasnya, kedua wilayah itu pun terpisah selebar 15 meter.

Hal tersebut membuat gibbon harus melakukan perpindahan di antara pepohonan yang akan meningkatkan risiko bagi primata itu.

Baca juga: Ada Tulang di Jantung Simpanse, Kasus Pertama pada Primata

 

Namun untuk menghindari bahaya ini, beberapa populasi gibbon justru mengurangi wilayah jelajahnya. Dampaknya hal tersebut akan membatasi kesempatan mencari makan dan berkembang biak.

Dalam penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, ahli berinsiatif menyelamatkan populasi gibbon Hainan ini dengan berbagai cara.

Seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (20/10/2020) ilmuwan mengembangkan sebuah proyek penyelamatan dengan cara membangun jembatan buatan untuk menghubungkan hutan yang terfragmentasi.

Jembatan kanopi buatan dibangun dengan tujuan supaya Gibbon Hainan dapat menggunakannya untuk melakukan perjalanan di antara habitat hutan yang terpisah.

Baca juga: Serba serbi Hewan: Ini Aye-aye, Primata Teraneh yang Punya 2 Jempol

 

Area yang terpisah itu kemudian dihubungkan dengan menggunakan tali gunung yang diikat ke pohon kokoh dan dilengkapi dengan kamera sensor gerak untuk memantau satwa liar yang menggunakannya.

Dan untuk pertama kalinya, Gibbon Hainan tertangkap kamera menggunakan jembatan tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa jembatan buatan itu dapat berfungsi sebagai jalan raya yang berharga bagi spesies arboreal atau hewan yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com